Mohon tunggu...
della safira
della safira Mohon Tunggu... -

PWK ITS - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dependensi Kriminalitas Penduduk dengan Kualitatif Penduduk, Berkorelasikah?

30 Desember 2014   06:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk merupakan unsur terpenting dalam pembangunan nasional. Hal itu terjadi karena manusia lah subjek yang menjalankan roda kehidupan. Tentunya penduduk memiliki ukuran yang dinamakan dengan kualitas penduduk.

Kualitas penduduk sendiri dapat diartikan sebagai mutu kondisi penduduk dalam aspek fisik maupun non fisik. Ada 3 faktor yang menentukan kualitas penduduk yaitu tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan tingkat kesejahteraan ( biasanya di ukur dengan tingkat pendapatan ). Namun hal tersebut hanya dapat mengukur kualitas penduduk secara kuantitatif saja. Bagaimana dengan kualitatif? Kualitas penduduk secara kualitatif ditentukan salah satunya oleh mental seseorang.

Mental seseorang terbentuk tidak hanya dalam hitungan 1-2 tahun. Dibutuhkan waktu yang lama, dimulai dari seseorang lahir, hingga ia dibesarkan sampai dewasa. Hal dominan yang mempengaruhi mental seseorang adalah lingkungan. Anak anak jaman sekarang, sebagai bibit penduduk yang menjalankan roda kehidupan di masa mendatang, lahir di era teknologi. Era dimana semua serba digital. Media tidak lagi informatif melainkan subjektif. Tayangan televisi bukan lagi edukatif melainkan menjadi tayangan dengan atas nama pasar ekonomi media entertain

Begitu pula dengan video game yang beredar di pasaran. Sebagian besar yang di favoritkan bertema tentang perkelahian yang mengandung kekerasan. Walaupun dampak negatif tidak terasa secara langsung, namun akan menjadi bom waktu, permainan kekerasan tersebut akan tercerna di alam bawah sadar anak-anak , sehingga mereka merasa terbiasa dengan kekerasan dan menganggap kekerasan adalah hal yang wajar dalam menyelesaikan masalah. Sehingga dapat terjadi penyimpangan penyimpangan ketika mereka beranjak dewasa.

Perkembanganteknologi bukan hal yang tak terelakkan. Pengawasan orang tua merupakan hal terpenting dalam penggunaan teknologi pada anak di era sekarang. Namun, seberapa besar kah campur tangan orang tua jaman sekarang dalam pengawasan tersebut? Banyak kita lihat ke 2 orang tua bekerja dari pagi sampai malam, berangkat ke kantor sebelum anak bangun dan pulang setelah anak sudah terlelap sehingga anak hanya diawasi oleh perawat nya masing masing. Tidak sedikit juga, orang tua yang walau tidak bekerja, pengawasannya masih kurang dikarenakan lebih terfokus kepada “update update” dari sosial media masa kini sehingga anak menjadi diluar kontrol.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Chicago yang dipimpin oleh psikolog L. Rowell Huesmann Ph. D , pria yang waktu kecilnya sering melihat adegan kekerasan di televisi, ketika dewasa juga menunjukkan kecenderungan yang besar melakukan kekerasan. Pria tersebut memiliki kecenderungan untuk mendorong dan  memukul pasangannya atau orang lain dengan lebih mudah. Selain itu, anak laki-laki yang memiliki kebiasaan melihat adegan kekerasan, saat dewasa memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk melakukan tindak kriminal dibanding anak-anak yang tidak melihat acara kekerasan.

Para responden wanita juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Para wanita yang waktu kecil sering melihat adegan kekerasan cenderung melemparkan barang-barang ke arah pasangannya jika sedang marah, bahkan memukul, menendang, mencekik, atau menganiaya orang lain. Mereka juga memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berbuat kriminal. Bahkan kecenderungan wanita menganiaya orang lain lebih besar daripada.pria.

Mental seseorang yang terbentuk dengan tayangan kekerasan, pornografi, dll perlu diwaspadai. Dengan adanya hal hal yang masuk ke otak anak sebelum waktu yang tepat dapat mempengaruhi pola pikir dan kestabilan dirinya di masa yang akan datang. Maka sekarang timbul pertanyaan, mental seperti apa yang akan terbentuk dimasa akan datang dengan generasi tunas tunas yang disuguhi oleh berbagai tayangan tidak layak bagi umur nya? Kualitas yang seperti apa penduduk yang akan menjalankan roda kehidupan di indonesia ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun