Meski di Blokir Berulang-kali Pengusaha ini Tidak Putus Asa
Oleh Ghania Azzura A.I, XII.4
Di balik layar laptopnya yang redup, Bu Ani, seorang ibu rumah tangga paruh baya, berjuang keras untuk membesarkan ketiga anaknya. Bisnis online-nya yang menjual kerajinan tangan dari bahan daur ulang seringkali mendapat cibiran. Produknya kerap dianggap murahan dan tidak berkualitas.
Bu Ani (30 tahun) duduk di meja makan yang sudah tak lagi terpakai dan, menjadikannyasebagai tempat kerjanya nya. Sejak pandemi, ia mencoba berbagai cara di dunia bisnis online. Dengan modal seadanya, ia membuat berbagai macam produk kerajinan tangan yang unik dari bahan-bahan bekas. Setiap hari, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuat produk, memotret, dan mengunggahnya ke berbagai marketplace. Namun, respon yang di berikan di pasaran tidak seindah yang ia bayangkan.
Selain menghadapi persaingan yang ketat, Bu Ani juga kerap mendapat komentar negatif dari pembeli. Produknya seringkali dianggap tidak original, bahkan ada yang menuduhnya melakukan plagiarisme. la juga sering kali mengalami kerugian karena barang pesanannyarusak saat pengiriman.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat produk yang berkualitas," ujar BuAni dengan nada sedih.
"Tapi, selalu saja ada saja yang tidak puas." ujarnya melanjutkan.
Suatu hari, akun online shop Bu Ani tiba-tiba diblokir oleh platform marketplace. Semua produknya hilang begitu saja. la merasa dunia seakan runtuh. Berhari-hari ia termenung, tidak tahu harus berbuat apa. Usaha kerasnya selama ini terasa sia-sia. Tetapi karna tekat nya dia memulai berbagai ide baru.
Setelah berhari-hari merenung, Bu Ani akhirnya memutuskan untuk tidak menyerah. Ia mulai memikirkan ulang strategi bisnisnya dan menyadari bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi sebelumnya adalah bagian dari proses belajar.
“Tidak ada pengusaha sukses yang tidak pernah jatuh,” pikirnya dalam hati. Dengan semangat baru, Bu Ani mulai bangkit.
Pertama-tama, ia mengevaluasi produk-produknya. Bu Ani mulai mendengar lebih banyak masukan dari para pembeli sebelumnya, meski beberapa komentar terkesan menyakitkan. Ia sadar, ada beberapa hal yang memang perlu diperbaiki dari produk-produk yang ia buat. Proses pembuatannya harus lebih rapi, dan bahan-bahan yang ia pilih, meskipun ramah lingkungan, perlu ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu, ia mulai mencari cara agar bahan daur ulang yang ia gunakan bisa diolah menjadi lebih kuat dan menarik.
Bu Ani juga menyadari pentingnya branding dalam bisnis online. Selama ini, ia hanya mengandalkan keunikan produk tanpa memberikan perhatian lebih pada citra merek. Setelah melakukan riset kecil-kecilan, ia menyadari bahwa konsumen seringkali tertarik pada cerita di balik produk. Maka, ia mulai menceritakan lebih banyak tentang dirinya dan motivasinya membuat kerajinan tangan dari bahan bekas. Ia menceritakan bagaimana ia ingin mengurangi sampah dan memberi nilai lebih pada barang-barang yang sering dianggap tidak berguna. Hal ini tidak hanya memberikan sentuhan personal, tapi juga membuat pembeli merasa mereka berkontribusi pada lingkungan ketika membeli produknya.