[caption id="attachment_87714" align="alignleft" width="642" caption="Data peserta dan hasil PISA (Programme for International Student Assessment)"][/caption] Beberapa minggu yang lalu, dosen saya yang mengajar mata kuliah Science Education and Contemporary Culture memaparkan hasil PISA 2009 pada kami (mahasiswa Indonesia asal Aceh) yang kebetulan peserta kuliah adalah mahasiswa/i Aceh sejumlah 9 orang yang merupakan program Summer School dari Deakin University, Australia. Pemaparan hasil yang baru dikeluarkan tanggal 7 Desember 2010 ini berkaitan sekali dengan topik mata kuliah yang akan beliau sampaikan pada kami sehubungan dengan isu berkurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran sains khususnya. Sebelumnya saya ingin menjelaskan sedikit apa itu PISA. Yang jelas PISA disini bukan menara Pisa, melainkan singkatan dari Programme for International Student Assessment yang diadakan setiap 3 tahun sekali terhitung sejak tahun 2000. PISA ini mengikutkan siswa yang berusia 15 tahun dari 65 negara, negara maju dan negara berkembang. Bisa dilihat lebih jelas pada gambar yang saya ambil dari http://www.straitstimes.com/STI/STIMEDIA/pdf/20101207/PISA2009-MOEFinal.pdf melalui http://p4mri.net/new/?p=338. Kriteria penilaian PISA ini mencakup kemampuan kognitif (knowledge) dan juga keahlian siswa di bidang READING, MATEMATIKA dan SCIENTIFIC LITERACY (kemampuan sains) yang bisa dilihat lebih lengkap di http://www.pisa.oecd.org/pages/0,3417,en_32252351_32235731_1_1_1_1_1,00.html Ternyata Australia dan negara maju lainnya termasuk Amerika merasa resah dengan minat siswa/i mereka terhadap sains dan matematika. Hal ini disebabkan pengurangan jumlah siswa/i yang memilih sains dan teknologi untuk pendidikan tinggi maupun karir mereka. Sementara inovasi teknologi maupun kemajuan sains yang semakin pesat tidak sebanding dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Tidak perlu melihat negara maju karena pada kenyataannya mereka sudah maju. Negara kita, peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara; Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Mungkin guru2 Indonesia masih belum bisa menerapkan metode problem solving dan keahlian menganalisis terhadap suatu pelajaran pada siswa serta budaya membaca dan menulis yang masih kurang ditanamkan pada siswa. Ya, saya pribadi juga merasa 'tertohok' juga saat dosen menunjukkan hasil ini pada kami karena walaupun secara teori 'semakin maju suatu negara semakin berkurang minat siswa terhadap sains', Australia masih berada di peringkat 15 besar. Mudah2an tahun 2012 nanti Indonesia dapat meningkatkan prestasi PISA lebih baik lagi. Semoga hasil ini menjadi renungan bagi para guru (termasuk saya) untuk dapat menyajikan pelajaran lebih kontekstual pada siswa dan tidak hanya terpaku untuk sekedar meluluskan siswa untuk Ujian Nasional maupun Seleksi Masuk ke PTN semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H