Mohon tunggu...
Mellysa Yunie Erlina
Mellysa Yunie Erlina Mohon Tunggu... -

perempuan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Seks Anak

5 Desember 2012   16:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:08 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu waktu saya melihat serial Endless Love di televisi. Dalam satu angle ditampilkan seorang ibu yang menerangkan pada anak perempuannya anatomi tubuhnya sambil berendam bersama. Di kamar lain, sang bapak yang menerangkan itu pada anak lelakinya. Ini luar biasa.

Di mana letak luar biasanya? Oleh karena itulah model yang paling tepat mengenai pendidikan seks kepada anak. Jika itu diterapkan, maka banyak persoalan seksualitas generasi muda yang akan terpecahkan. Tentu tidak harus dalam latar berendam seperti itu.

Bukankah tanggung jawab pendidikan anak itu sejatinya berada di pundak orang tua? Kita tentu masih ingat, agama mengajarkan adzan bagi bayi yang baru lahir. Itu bagian dari tanggung jawab ini. Namun seiring waktu, banyak orang tua melupakannya. Sibuk dengan urusannya sendiri.

Keluarga adalah fondasi negara, di mana masyarakat dalam skala paling kecil dibentuk. Jika pola model Endless Love dapat diterapkan, saya kira keluarga yang berbudaya dapat dibentuk dengan baik. Anak mendapatkan informasi dari sumber terpercaya –orang tua, dan orang tua dapat mengarahkan anak dengan sebaik-baiknya.

Prinsip utama membangun karakter anak adalah tersedianya lingkungan keluarga yang mampu menopang kebutuhan lahir-bathin anak. Bahwa anak, dengan segala dinamikanya, mendapatkan perlindungan dan pengayoman yang baik. Menjadi persoalan ketika anak dalam mendapatkan persoalan lari dari keluarga, mencari pengayoman lain di luar keluarga. Sesuatu yang berpotensi menjauhkan anak dari informasi yang salah, solusi yang keliru. Apa tah lagi jika keluarga lalu menjadi sumber permasalahan bagi anak. Maka sejatinya keluarga telah gagal menjalankan fungsinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun