Telah tiga hari genap (atau ganjil) pergelaran Euro 2012 berakhir dengan kembali memunculkan nama Tim Matador Spanyol sebagai jawara. Yap, bosen emang karena udah empat taun ini Spanyol merajai kompetisi internasional. Poros tiki-taka Xavi-Iniesta masih menjadi yang terbaik dengan mampu menghentikan secara mutlak pergerakan Andrea Pirlo yang naik daun saat lawan Inggris dan Jerman. Jujur, saya masih kurang sreg dengan titel yang didapat Spanyol karena mereka belum berhadapan dengan tim jagoan saya, panser Jerman. Kini para pria (jomblo khususnya) kembali mencari kegiatan lain pada malam hari tanpa tontonan euro. Meski hanya sedikit pertandingan yang menampilkan tontonan menarik, namun ada banyak hal yang dapat dipelajari dari turnamen ini, khususnya untuk sepakbola Indonesia.
Kesigapan Panitia
Pada pertandingan antara Perancis dan Ukraina, terjadi hujan yang sangat lebat disertai angin kencang. Hal ini membuat bola sulit bergerak dan dikontrol. Pada awal pertandingan, wasit langsung menghentikan pertandingan tersebut. Ketika hujan mulai mereda, panitia bergegas mengontrol lapangan, mengurangi volume air yang telah menggenangi. Untuk mempercepat pengurangan volume air, panitia mengerahkan beberapa orang untuk meresap air. Selain itu, panitia juga menyiapkan mesin pembuat lubang kecil untuk mempercepat resapan air. Panitia juga telah menyiapkan sejumlah jas hujan untuk penonton serta wartawan. Sebuah persiapan yang benar-benar telah dipikirkan jauh sebelum kejadian tak terduga terjadi.
Inilah yang harus dipelajari panitia pelaksana pertandingan di Indonesia. Ketika lapangan diguyur hujan yang deras, terjadi genangan air yang signifikan dikarenakan kualitas rumput dan lapangan yang kurang baik. Panitia pun terlihat kurang sigap dengan tetap melanjutkan pertandingan di lapangan yang sudah sangat tidak kondusif tersebut. Di lapangan yang biasa aja udah gak enak diliat, apalagi di lapangan basah kaya gitu. Sewajarnyalah panitia meniru panitia euro di atas dengan membuat lubang resapan sesegera mungkin. Dengan standar lapangan yang baik, para pemain pun dapat menonjolkan kualitasnya secara lebih efektif. Penonton pun dapat menikmati pertandingan.
Loyalitas Suporter
Pertandingan antara Spanyol dan Irlandia pada fase grup berhasil membuat sebagian besar yang menonton menjadi terkesima dengan yang dilakukan suporter Irlandia. Momen yang hadir di sekitar 15 menit terakhir, ketika Irlandia telah tertinggal banyak dari Spanyol dan diambang kegagalan menuju fase selanjutnya, para suporter mereka bukannya merasa kecewa dan meninggalkan stadion (seperti yang pernah dilakukan presiden kita :p), tapi justru terus bernyanyi memberikan semangat kepada timnas. Mereka menyanyikan lagu The Fields of Athenry tanpa henti. Hal ini merupakan pemandangan yang memancing haru. Mereka menghadapi kekalahan timnas tanpa kekecewaan berlebih atau bahkan menimbulkan keonaran di stadion.
Hal ini pulalah yang patut ditiru oleh suporter Indonesia. Melihat timnas yang jauh dari ekspektasi, bukan saatnya lagi kita mengejek dan mengkritik. Memang memberi kritikan yang membangun itu bagus untuk perbaikan ke depannya. Tapi memberi ejekan terhadap timnas tanah air sendiri merupakan perbuatan yang tidak rasional. Mencari kambing hitam dan menggugat akan membuat sepakbola kita berjalan di tempat, tidak maju-maju. Meskipun timnas kita mendapat perlakuan kurang adil, sudah sepatutnyalah suporter tetap menjaga nilai-nilai sportivitas, jangan malah menimbulkan kerusakan atau menyerang wasit. Sudah sepatutnya timnas negara kita menjadi suporter yang terbaik, terlebih banyaknya fanatik sepakbola di Indonesia. Hal ini tentunya harus ditunjang dengan nilai-nilai sportivitas dan menerima kekalahan dengan tetap memberikan api semangat kepada timnas.
Tetap Optimis di Tengah Krisis
Sebelum menghadapi Euro 2012, Italia tengah menghadapi krisis internal di liga. Adanya kasus pengaturan skor yang kembali mencuat membuat Gli Azzurri diragukan tampil baik di turnamen empat tahunan ini. Namun, apa yang terjadi kemudian? Italia tetap menampilkan sepakbola terbaik mereka di bawah asuhan Prandelli. Tanpa mempedulikan krisis internal di liga dalam negeri, mereka optimis menghadapi euro dengan mengandalkan poros Pirlo-Marchisio-De Rossi dengan ujung tombak Cassano dan Balotelli. Hasilnya adalah babak final dengan mengandaskan timnas Jerman yang lebih diunggulkan.
Hal ini jugalah yang patut diteladani timnas kita. Meski tengah dilanda berbagai kasus di internal PSSI, termasuk juga di liga, sudah seharusnya timnas Indonesia menatap pertandingan internasional dengan tetap optimis. Walau bagaimana pun, kasus tersebut seharusnya telah menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang terkait, dan tugas pelatih dan pemain hanyalah bermain dengan penuh jiwa patriotis membela bangsa. Bukan tidak mungkin, prestasi dapat diraih, seperti apa yang dilakukan Italia pada turnamen Euro ini.
Belajar dari Sistem