Mohon tunggu...
DK Putra
DK Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Katalis

mahakecil aku || setengah buih, separuh debu || buanglah sampah pada tempatnya!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penantian Panjang Berujung Malang

23 Januari 2021   21:34 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:01 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pixabay.com | HANS BRAXMEIER)

Suatu masa, satu desa dilanda kekeringan.
Doa-doa mengangkasa, mengetuk pintu langit.
Mereka percaya, kelak, hujan akan turun jua.
Tumpah, dari awan yang bakal pecah.

Akhirnya, kemarau minggir.
Tetapi, mereka masih harus menunggu.
Rinai hujan, belum juga luruh.

Sementara, wajah desa telah berubah.
Mega mendung, digantikan arakan asap menggumpal
pekat, dimuntahkan cerobong pabrik menjulang.

Bocah-bocah, mengira, kalau itu pertanda akan hujan.
Dengan bertelanjang dada, mereka mengulum kecewa.
Duduk sambil mendongak, dari salah satu liang raksasa
yang menganga, di tengah hutan yang tandas
disikat mesin-mesin keserakahan.

Waktu terus bergulir. Hingga tiba hari
yang dinanti-nanti. Orang-orang, larut dalam sukacita
merayakan jatuhnya rintik nan lebat dari angkasa.

Hujan!
Hujan!
Hujan!

Setelahnya, hanya ada deru tanah dan air yang entah. 

Kemudian,
sunyi.

***

23 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun