Doa-doa mengangkasa, mengetuk pintu langit.
Mereka percaya, kelak, hujan akan turun jua.
Tumpah, dari awan yang bakal pecah.
Akhirnya, kemarau minggir.
Tetapi, mereka masih harus menunggu.
Rinai hujan, belum juga luruh.
Sementara, wajah desa telah berubah.
Mega mendung, digantikan arakan asap menggumpal
pekat, dimuntahkan cerobong pabrik menjulang.
Bocah-bocah, mengira, kalau itu pertanda akan hujan.
Dengan bertelanjang dada, mereka mengulum kecewa.
Duduk sambil mendongak, dari salah satu liang raksasa
yang menganga, di tengah hutan yang tandas
disikat mesin-mesin keserakahan.
Waktu terus bergulir. Hingga tiba hari
yang dinanti-nanti. Orang-orang, larut dalam sukacita
merayakan jatuhnya rintik nan lebat dari angkasa.
Hujan!
Hujan!
Hujan!
Setelahnya, hanya ada deru tanah dan air yang entah.Â
Kemudian,
sunyi.
***
23 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H