Getir asa, ngilu doa, saling ikat merupa jala
'tuk menjaring nafas dan nyawa saban hari.Â
Laju langkah menyasar seluruh arah.
Derap berkecipak meretas genangan nasib.
Kadang menjumpai riang, kadang lebih malang
seiring alunan senandung rindu akan nasi tiga kali sehari.Â
Sorot mata duka menyibak tirai hujan.
Mencari-cari, mengais-ngais,
mungkin saja ada rembulan yang bisa dipungut, walau separuh.
Atau barangkali remah-remah awan, yang belum sempat disapu matahari.Â
Di seberang jalan, menara gading mengangkang.
Tinggi. Tinggi sekali.
Sekecil apakah rerumputan dilihat dari sana?
Atau, masihkah dianggap ada?Â
Sunyi! Hanya ada lautan sunyi.
Suara-suara yang tak punya tempat, cepat lenyap dilahap senyap.
Gema derita hilang bunyi, tandas dilumat kelakar si tuan.Â
Pulang. Hanya pulang. Satu-satunya sisa tujuan.Â
15 Januari 2021
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H