Mohon tunggu...
DK Putra
DK Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Katalis

mahakecil aku || setengah buih, separuh debu || buanglah sampah pada tempatnya!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebelum Rindu Dikenakan Cukai

7 Januari 2021   03:37 Diperbarui: 7 Januari 2021   03:45 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pixabay.com | GERD ALTMANN)

Dari balik jendela, melempar pandang, lengang terhampar.
Secangkir kopi hangat, melarutkan malam dan engkau.
Kental, dengan aroma nan aduhai. Kalau sudah begini,
jarak tempuh dari kantuk ke tidur, terasa begitu jauh. 

Sementara itu, tik-tok jam dinding antik di ruang tamu
masih terdengar parau, sebab belum juga sembuh
dari flu yang berkepanjangan. 

Laun, sepi meninggi, melambungkan isi kepala.
Lantas, kupetik sepercik api dari matamu.
Lalu kusulut sebatang rindu.
Lagi, lagi, dan lagi. 

Maklumlah, namanya juga candu.
Terlebih, karena rindu bebas dari cukai,
maka dengan bahagia, kuhisap sepuas-puasnya.

7 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun