Mohon tunggu...
DK Putra
DK Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Katalis

mahakecil aku || setengah buih, separuh debu || buanglah sampah pada tempatnya!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wabah di Tengah Wabah

29 Desember 2020   21:53 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:12 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pixabay.com)

Perempuan itu memandangi cakrawala senja sedari tadi.
Langit luas bagai kanvas. Di mana terlukis paras
Emak dan Bapak. Lengkap dengan latar rumah
dan suasana kampung halaman. 

Sesekali, ia tersenyum, sembari
mengulum duka. Manis dan getir, bercampur
jadi satu rasa. Nelangsa. 

Dalam diam, ia pejamkan mata. Mencoba
menggapai tubuh Emak dan Bapak.
Beriring doa, merentangkan sebentuk dekapan.
Memeluk, dari jauh. 

Hendak pulang, korona ada di mana-mana.
Tiap langkah, tiada kepastian terhindar
dari malapetaka. Wabah, tidak seharusnya
turut serta dibawa ke rumah. 

Mengurung keinginan,
biar selamat dari pandemi. Sementara
geliat kangen, kian meronta. Semakin lama
semakin mewabah dalam diri. Melanda jiwa
di asingnya tanah rantau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun