Langit luas bagai kanvas. Di mana terlukis paras
Emak dan Bapak. Lengkap dengan latar rumah
dan suasana kampung halaman.Â
Sesekali, ia tersenyum, sembari
mengulum duka. Manis dan getir, bercampur
jadi satu rasa. Nelangsa.Â
Dalam diam, ia pejamkan mata. Mencoba
menggapai tubuh Emak dan Bapak.
Beriring doa, merentangkan sebentuk dekapan.
Memeluk, dari jauh.Â
Hendak pulang, korona ada di mana-mana.
Tiap langkah, tiada kepastian terhindar
dari malapetaka. Wabah, tidak seharusnya
turut serta dibawa ke rumah.Â
Mengurung keinginan,
biar selamat dari pandemi. Sementara
geliat kangen, kian meronta. Semakin lama
semakin mewabah dalam diri. Melanda jiwa
di asingnya tanah rantau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H