Mohon tunggu...
dekanabilaazzahra
dekanabilaazzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

nama ku deka aku sering di panggil deca,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pisikologi Sastra dalam Novel Asya Story Karya Sabrina Febrianti dalam Karya Sastra

14 Januari 2025   18:35 Diperbarui: 14 Januari 2025   19:25 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Tokoh di dalam cerita seperti halnya manusia dalam kehidupan sehari hari selalu memiliki pemikiran yang berbeda. Pemikiran tokoh tersebut dapat menggambarkan kualitas tokoh yang meliputi kualitas nalar dan jiwa yang membedakannya dengan tokoh cerita lainnya. Pemikiran tokoh itulah yang menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan tertentu sehingga terlihat hidup. Sikana (2005:295) menyatakan bahwa apa yang tersurat dan tersirat dalam pemikiran watak adalah emosi, aksi dan reaksi mereka terhadap watak lain. Hal tersebutlah yang dikaji dalam sesuatu drama dari aspek psikologi. Wilbour Scott (Sikana, 2005:294) menyatakan bahwa disiplin psikologi dapat diaplikasikan dalam karya sastra untuk menerangkan aksi atau reaksi seseorang watak yang sukar diramal atau dijangkakan tindak tunduknya. Seorang watak dapat digambarkan melalui aksi atau perbuatannya yang disesuaikan dengan sifat semula jadi manusia dikenali melalui percakapannya, fikirannya, gerak laku, anggapan orang lain terhadapnya dan bagaimana reaksi watak tersebut terhadap orang lain.

Aspek kepribadian dalam novel sangat menentukan nilai moral dari karya itu sendiri. Adanya kepribadian setiap tokoh yang berbeda-beda akan menimbulkan konflik yang mampu menghidupkan cerita di dalam novel tersebut. Alasan menggunakan teori struktur kepribadian dari Sigmund Freud karena dalam teori tersebut membahas tentang perkembangan kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Teori kepribadian ini berkembang ketika terjadi suatu konflik dari aspek psikologi tersebut pada umumnya terjadi pada anakanak dan bahkan bisa juga terjadi pada usia dewasa. Salah satu karya sastra yang memilih aspek psikologi adalah novel Asya Story karya Sabrina Febrianti terutama pada tokoh Asya.

Novel Asya Story karya Sabrina Febrianti ini bergenre fiksi remaja yang diterbitkan pada tahun 2019 menceritakan seorang gadis remaja yang duduk dibangku 11 SMA, bernama Asyara Dwista. Gadis pendiam yang harus menelan kenyataan pahit dalam hidup, kejadian naas yang menimpanya membuatnya semakin dibenci kedua orangtua. Bagaimana tidak, dirinya hamil diusia yang masih remaja dengan seorang laki-laki yang tidak tau diri dan tidak bertanggung jawab yang bernama Alex. Saat kedua orang tua Asya datang ke sekolah meminta pertanggungjawaban, ia bersikap seolah tidak bersalah. Dan pada saat itu, tanpa pikir panjang terpaksa Asya sembarang menunjuk ke arah Fano pria tampan dengan kepribadian cuek yang berasal dari keluarga terpandang dan Fano tidak membantah dan lebih memilih diam atas tuduhan terhadap dirinya tersebut, kejadian ini akhirnya dipertanggungjawabkan oleh Fano, ia menikahi Asya. Setelah dinikahkan ibu Asya mengusir mentah-mentah anaknya tersebut hingga akhirnya ibu Fano sigap menerima menantunya tinggal bersama, kehidupan terus berlanjut hingga keduanya saling mencintai, tetapi kisah mereka tidak selalu mulus, tetapi kerap kali si penggangu datang, namun sia-sia pengganggu tersebut tidak berhasil.

Ego merupakan penghubung antara struktur id dengan dunia realistis dimana ketegangan yang timbul dari id akan dipenuhi oleh struktur kepribadian Ego. Seperti ketegangan seseorang yang lapar, maka Ego akan mencari cara demi meredakan hal tersebut, tokoh Asya memiliki prinsip realitas yang dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari id, prinsip realita yang dilakukan muncul dari struktur kepribadian ego, prinsip realitas atau kenyataan berusaha memuaskan keinginan id dengan cara yang nyata dan dapat diterima oleh kondisi lingkungan sosial, dan selalu mempertimbangkan manfaat dari suatu tindakan yang dilakukan. Berdasarkan data dalam novel Asya Story karya Sabrina Febrianti, tokoh Asya tentu memiliki prinsip realita dalam dirinya. Menunjukan struktur kepribadian Ego aspek Prinsip Realita.

‟Sya, sebaiknya kamu jawab sekarang‟‟ ungkap Bu Shinta lembut. Mendengar itu, aku langsung terdiam sejenak. Manusia tidak berguna sepertiku selalu saja buat susah. Dengan perasaan berkecamuk, aku menghela nafasku pelan, mulai pasrah dengan semua dan segala konsekuensinya. Lalu, aku memejamkan mataku, seraya menunjuk siapa orannya. Aku sudah memastikan bahwa arahnya menunjuk ke Alex. Aku sudah tidak peduli Alex mengamuk atau bahkan mengelak sembari terus mengeluarkan segala sanggahannya, aku sudah tidak peduli. Dan sekarang, aku masih enggan membuka mataku perlahan untuk menyaksikan segalanya. Saat aku membuka mataku, betapa terkejutnya aku saat telunjuk itu tidak berada di arah yang tepat. Telunjukku mengarah pada lelaki samping Alex. Lelaki itu terlihat tampan dan tegas dan tampan dari Alex.‟

Ego yang membuat beberapa tindakan tokoh Asya mengambil keputusan untuk terus merahasiakan siapa bapak dari anak yang di dalam kandunganya kemudian super ego yang pada akhirnya membuat Asya sangat tabah dan bisa memaafkan semua orang yang tidak baik atau berperilaku jahat terhadap dirinya. Dan membuat tokoh Asya pasrah kepada apa yang terjadi.

Mendengar itu aku langsung terdiam sejenak. Manusia tidak berguna sepertiku selalu saja buat susah. Dengan perasaan berkecamuk, aku menghela napasku pelan, mulai pasrah dengan semuanya dan segala konsekuensinya (Febrianti, 2019 : 8). Berdasarkan kutipan data 21 di atas, data tersebut termasuk ke dalam pemikiran watak (tokoh) wanita. Terlihat dari emosi yang berupa kesedihan Asya karena ingin pasrah terhadap apa yang telah terjadi pada dirinya dan ia siap menerima semua konsekuensinya. Asya dipaksa untuk mengaku siapa yang telah menghamilinya. Dengan perasaan yang sangat takut, Asya memberanikan diri untuk menunjukkan siapa orang yang telah menghamilinya kepada semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Saat itu Asya tidak tau lagi akan berbuat apa dan akhirnya ia mulai pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya.

Napasku tercekat. Belati putih sudah menancap di dadaku. Aku menunduk lesu dan tidak mampu untuk berkata apa pun selain menangis (Febrianti, 2019 : 2).Berdasarkan kutipan data 8 di atas, dapat dilihat tokoh Asya mengalami tekanan perasaan.Tekanan perasaan yang dialami oleh Asya dapat dilihat dari kesedihannya dalam menghadapi permasalahan yang dialaminya sekarang. Kenyataan yang dihadapinya sekarang membuat Asya sedih dan tidak dapat berkata apa pun. Asya hanya mampu menangis menerima kenyataan pahit yang di alaminya. Tekanan ini menyebabkan Asya mengalami distress atau stres yang mengganggu. Kenyataan yang diterima oleh Asya dapat membuatnya merasa khawatir dan takut meratapi apa yang terjadi pada dirinya kedepan. Asya bingung ingin melakukan apa untuk kedepannya, ia tidak mampu untuk berkata apa pun lagi sekarang.

Tekanan perasaan dalam novel Asya Story karya Sabrina Febrianti ini banyak dijumpai pada tokoh Asya yang merupakan tokoh utama dalam novel ini. Pada umumnya tekanan perasaan akan mengalami stres yang melibatkan kesedihan, kekecewaan, kepiluan, penderitaan dan putus asa yang besar akibat dari permasalahan yang dihadapi di dalam keluarga dan mendapat perlakuan yang berbeda dari kedua orang tua. Tekanan perasaan ini dapat menyebabkan distress atau stres yang mengganggu dan eustress atau stres yang tidak mengganggu. “Dasar anak tidak berguna! Memalukan orang tua!” pekik ibuku sembari terus melayangkan sapu dan mendaratkannya di tubuhku, ditambah ayahku tiba-tiba menendang tubuhku sampai aku terhempas”.Dapat dilihat tokoh Asya mengalami tekanan perasaan. Terlihat dari kesedihannya atas perkataan dan perlakuan orang tuanya terhadap dirinya. Kedua orang tua Asya tega menyiksanya baik itu secara batin maupun fisik Asya. Tekanan ini menyebabkan Asya mengalami distress atau stres yang mengganggu. Penyiksaan batin maupun fisik terhadap Asya akan membuatnya semakin tertekan dan ketakutan.

Pada umumnya tekanan perasaan akan mengalami stres yang melibatkan kesedihan, kekecewaan, kepiluan, penderitaan dan putus asa yang besar akibat dari permasalahan yang dihadapi di dalam keluarga dan mendapat perlakuan yang berbeda dari kedua orang tua. Tekanan perasaan ini dapat menyebabkan distress atau stres yang mengganggu dan eustress atau stres yang tidak mengganggu. Terdapat tekanan perasaan yang dirasakan oleh tokoh Asya yang tertekan karena diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya. Tokoh Asya tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya dikarenakan kedua orang tua nya menganggap Asya yang menyebabkan kematian adik kandungnya. Selain itu Asya tertekan karena kehamilannya yang disebabakan oleh kakak kelasnya. Asya semakin dibenci oleh kedua orang tuanya sampai ia tidak dianggap sebagai anak lagi oleh keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun