Sebuah perpaduan yang aneh jika seorang Profesor lulusan Fakultas Ekonomi menjadi aktor di belakang layar sebuah tim sepakbola. Namun bukan tidak mungkin bagi Arsene Wenger, dia selalu mengganggap tidak ada yang tidak mungkin di sepakbola. Lahir di Strasbourg, Perancis pada Oktober 1949. Kejayaan dan kebesarannya dimulai dari sebuah sudut kecil di kawasan London Utara. Kedatangannya di Arsenal pada tahun 1996 memang tidak indah dan cenderung menjadi bulan-bulanan media Inggris saat itu, bagaimana tidak seorang pelatih perancis yang membesut Grampus Nagoya 8 Jepang yang belum punya pengalaman tiba-tiba menjadi pelatih salah satu tim besar di Inggris, bahkan Sir Alex Ferguson pernah mengatakan “Apa yang dia ketahui tentang Inggris, apalagi dia datang dari Jepang?”. Namun manajemen Arsenal saat itu punya pendapat lain soal orang ini. Setelah mengakhiri musim pertamanya di Arsenal, Wenger mengantarkan Arsenal menjuarai Premiership dan piala FA. semua hal tersebut membungkam media serta orang-orang yang pernah meremehkannya dahulu.
Kedatangannya ke Arsenal pada tahun 1996, telah membawa perubahan kepada sepakbola di negeri Elizabeth tersebut. Meskipun perubahan yang dihasilkan bukanlah seperti halnya revolusi Perancis atau revolusi industri, tetapi metode-metode dan gaya kepelatihannya yang modern telah menjadi suatu standar baru bagi sepakbola saat ini. Dia telah mentransformasikan pemikirannya hampir kepada semua klub Inggris. Pola latihan yang berbeda, pola diet terhadap makanan, penggunaan dokter spesialis dan inovasi lainnya sekarang banyak ditiru. Bahkan banyak manajer-manajer papan atas saat ini mengikuti pola perekrutan pemain yang dilakukan Wenger.
Tugas utama Wenger saat datang ke Arsenal adalah bagaimana menjadikan keadaan tim menjadi lebih baik khususnya aspek perilaku pemain, pasalnya saat itu pemain Arsenal terkenal akan kebiasaannya menenggak alcohol bahkan kapten Arsenal saat itu Tony adams mengaku bahwa ia adalah seorang alkoholik dan memberi pengaruh buruk dalam tim. Ketika Wenger mengetahui itu semua dia merevolusinya dan mengatakan pada pemain, jika kalian mau mengikuti filosofi saya maka kalian akan bisa bermain lebih lama tetapi jika kalian tetap memilih burger dan bir bersiaplah ke divisi tiga.
Wenger juga mulai memperkenalkan pentingnya peranan terapis, pelatih fisik, ahli refleksiologi dan juga dokter spesialis tulang bagi tim pada tahun 90-an tentu aspek tersebut belum terpikirkan oleh pelatih lain yang lebih menonjolkan aspek teknis di lapangan ketimbang non teknis di luar lapangan. Dalam situs resmi Arsenal, Bob Wilson mantan pelatih kiper Arsenal pernah bercerita bahwa ia terkejut melihat dalam rumah Wenger tidak ada televise melainkan sebuar layar datar yang sangat besar yang menayangkan pertandingan dari seluruh eropa. Liga Perancis, Inggris, Spanyol dan banyak lagi. Arsene Wenger hafal seluruh siaran dan jadwal kick off. Pengetahuannya yang luas ini telah membantunya mengatur pengeluaran Arsenal untuk membeli pemain. Dia selalu ingin mencari seorang pemain muda penuh talenta yang bisa diasah sehingga dalam waktu 3-5 tahun akan menjadi pemain bintang tak dibatasi darimana asal pemain itu jika Wenger menemukannya maka ia akan matian-matian mengejarnya. Ian Wright, Kanu, Fabregas, Henry, Van persie hingga Wilshere adalah contoh bagaimana seorang pemain yang awalnya biasa-biasa saja namun ketika dilatih oleh tangan dingin sang professor berubah menjadi pemain yang sangat luar biasa.
Namun tak selamanya Wenger puas dengan semua hal yang dia lakukan tadi. Dia menjadi satu-satunya pelatih yang mengalami 3 kekalahan di partai final. Saat Final piala Winners Arsenal kalah dengan Bremen, Final piala UEFA hanya menjadi runner up setelah Galatasaray juara dan yang paling diingat adalah kegagalan Arsenal menjuarai Liga Champions ketika kandas oleh Barcelona di partai puncak. Dengan kapasaitas Wenger seharusnya dia layak mendapatkan gelar juara di Eropa namun sepertinya dia harus bersabar karena mungkin belum waktunya sang professor memegang kendali Eropa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H