Ekolinguis, tentu, harus menangani bermacam cerita atau wacana yang memengaruhi kehidupan mansuia. Mereka bisa memaparkan cara-cara yang merusak secara ekologis di mana wacana sehari-hari membangun gagasan tentang "kehidupan yang baik", menyediakan alat untuk membantu melawan wacana-wacana tersebut, serta mencari wacana bermanfaat yang secara aktif mengidentifikasi "kehidupan yang baik" dengan sesuatu selain konsumerisme.Â
Lebih jauh lagi, ekolinguistik bisa digunakan untuk dapat membahas bagaimana wacana membentuk hubungan yang vital (secara harfiah "diperlukan untuk kehidupan") antara manusia, spesies lain dan lingkungan fisik melalui berbagai cara.
Selain keperluan terkait isu lingkungan, ekolinguistik memiliki potensi untuk berkontribusi pada pembangunan teori dalam kajian wacana kritis karena berbagai data yang dianalisis dapat mengungkapkan wawasan baru tentang bagaimana bahasa membangun masyarakat.Â
Pendekatan yang berbeda memerlukan perbaikan alat yang ada atau pengembangan yang baru. Sebagai contoh, ekolinguistik membutuhkan alat yang lebih canggih untuk analisis penghapusan diskursif, untuk menyelidiki cara-cara linguistik yang kompleks bahwa alam dihapus dari wacana arus utama.Â
Ekolinguistik membutuhkan teori yang lebih canggih tentang pembentukan identitas diskursif untuk memeriksa bagaimana identitas ekologis ditempa dalam bahasa, dan pada sisi terapan, sehingga perlu mengembangkan teori yang terkait dengan gerakan sosial yang "diarahkan-untuk yang lain".
Ke depannya, apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekolinguistik adalah munculnya banyak penelitian baru yang didasarkan pada ekosofi yang eksplisit dan dipikirkan dengan matang dan praktis yang berguna dalam menolak wacana yang mendasari masyarakat yang secara ekologis rusak dan secara sosial tidak adil.Â
Rujukan
Stibbe, Arran. 2015. Ecolinguistics: Language, Ecology, and the Stories We Live By. London: Routledge.Â
Stibbe, Arran. 2014. "An Ecolinguistic Approach to Critical Discourse Studies," Critical Discourse Studies, Vol. 11, No. 1, hal. 117-128.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H