Beberapa masalah ekologis dapat dikritisi karena mewakili alam dan spesies lain sebagai objek atau sumber daya instrumental daripada nilai intrinsik.
Apa yang tidak kalah penting, ekolinguistik juga menelaah wacana yang beresonansi dengan dan selaras dengan ekosofi para analis yang biasa disebut wacana positif, wacana bermanfaat, dan wacana yang mendapatkan "tanda hijau".Â
Artinya, cerita-cerita yang ditelaah menghadirkan pandangan dunia yang bisa menjadikan banyak pihak berpikir positif untuk melakukan tindakan-tindakan konstruktif untuk lingkungan, manusia, dan makhluk hidup lain.Â
Bringhurst (dikutip dalam Stibbe, 2014) misalnya, mencari bahasa, sastra, dan budaya asli Amerika untuk mencari cerita baru terkati bagaimana hidup di bumi Amerika selama ribuan tahun tanpa merusaknya. Maka, jika manusia ingin benar-benar belajar hidup di dunia, belajar karya-karya lama, baik yang lisan maupun tulis, merupakan salah satu cara terbaik dan paling efisien. Karena karya-karya lama, seperti tradisi pribumi Amerika, mengutamakan hubungan antara manusia dan seluruh dunia.
Stibbe sendiri menganalisis rangkaian wacana dari haiku dan film animasi Jepang hingga penulisan sains liris model Rachel Carson (seperti dalam buku Silent Spring yang bertutur tentang musim semi yang senyap karena banyak burung dan fauna lainnya mati akibat pengguanaan pestisida) sebagai contoh wacana positif yang mengajak manusia menghormati alam dan memenuhi kebutuhan dengan praktik konsumsi yang tidak berlebihan.Â
Memang, wacana yang dianalisis adalah wacana sama yang mengilhami ekosofi di tempat pertama, tidak mengherankan kemudian bahwa mereka menyelaraskan dan beresonansi dengannya.Â
Namun, bagi Stibbe tidak menjadi masalah serius, karena tujuan analisis tidak hanya untuk sampai pada kesimpulan biner "baik" atau "buruk" tetapi juga untuk mengungkap cara-cara khusus di mana kumpulan fitur linguistik mengekspresikan pandangan dunia tertentu. Tentu saja, bahkan wacana yang paling "positif" selalu diperlakukan secara kritis karena mereka mungkin bertentangan secara internal atau memiliki efek samping yang tidak diinginkan yang dapat diungkapkan melalui analisis.
Untuk keperluan tersebut, kita bisa menggunakan analisis wacana positif, sebagaimana yang telah dikembangkan Martin dan Rose, Macgilchrist, dan Bartlett.Â
Pentingnya menganalisis wacana positif ini terletak pada tujuan ekolinguistik bertujuan tidak hanya mengungkap wacana yang mendorong perusakan ekologis tetapi juga untuk memberikan jalan bagi penciptaan wacana berbeda. Wacana positif, tentu saja, lebih dipromosikan alih-alih dilawan.Â
Ini bukan mempromosikan teks, misalnya, mempromosikan karya-karya Rachel Carson, tetapi mempromosikan wacana, yaitu pengelompokan khusus dari fitur-fitur linguistik yang menyampaikan pandangan dunia.Â