Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Mata Air, Puasa, dan Kesadaran Ekologis

12 April 2023   00:08 Diperbarui: 12 April 2023   13:23 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancuran yang airnya berasal dari mata air di kawasan Jambuan, Jember. Dokumentasi penulis

Melampaui Konsep "Menahan Diri"

Puasa merupakan aktivitas keagamaan multidimensi berbasis konsep "menahan diri." Bukan hanya menahan diri dari hasrat untuk makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari banyak hal dalam kehidupan. Dengan konsep menahan diri itulah, puasa sejatinya merupakan ibadah yang semestinya bisa menjadikan kaum muslim terus belajar. 

Salah satunya adalah belajar tentang betapa pentingnya air bagi kehidupan manusia. Bisa dikatakan tidak akan ada aktivitas kehidupan ketika air sirna dari bumi ini. Tentu, ada maksud yang lebih mendalam kenapa Tuhan memerintahkan muslim untuk tidak minum air di siang hari selama bulan Ramadhan, bukan sekedar menahan diri dari kenikmatan duniawi dan ragawi yang dibawa air. 

Saya berpendapat perintah tersebut juga bisa dibaca sebagai peringatan dan pelajaran bagi kaum muslim agar lebih menghargai air dalam perilaku hidup mereka. Diakui atau tidak, selama ini manusia, termasuk umat muslim di dalamnya, kurang berhati-hati dalam mengkonsumsi air. Karena kita meyakini bahwa air tidak akan pernah habis dari bumi ini. 

Dari pemahaman tersebut, sejatinya Tuhan mengharapkan kita untuk belajar lebih lanjut apa yang harus dilakukan agar tidak terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi air, juga agar lebih menghormati keberadaan dan nilai penting air bagi kehidupan. Dengan demikian, umat muslim tidak hanya bisa menggunakan air untuk memasak, mandi, beribadah, dan pertanian, tetapi juga melestarikannya. 

Bagi saya, selain memperbanyak amalan ibadah di bulan puasa ini, warga muslim juga bisa melakukan proses belajar langsung dari alam terkait bagaimana semestinya membangun kesadaran ekologis terkait posisi penting air dan gerakan untuk melestarikan air di bumi ini. 

Ngabuburit ke Mata Air

Ngabuburit, misalnya, bisa diisi dengan mengajak anak-anak kita atau komunitas anak-anak di kawasan tempat tinggal kita untuk mengunjungi mata air (sumber, bahasa Jawa). Selain akan menjadi pengalaman baru bagi anak-anak yang selama ini tidak atau belum tahu bagaimana bentuk mata air, kunjungan tersebut bisa juga menjadi momen rekreatif sekaligus membangun kesadaran ekologis. 

Anak-anak pasti senang karena bisa bermain di kawasan mata air sepuas hati. Mereka akan merasakan kesegaran dan kebugaran di tengah-tengah puasa. Sembari menemani mereka bermain air, kita bisa mulai menjelaskan dengan bahasa sederhana dari mana air itu berasal. 

Bermain di air pancuran yang berasal dari mata air. Dokumentasi penulis
Bermain di air pancuran yang berasal dari mata air. Dokumentasi penulis
Bermacam rujukan bisa kita cari dari sumber online atau buku-buku terkait proses terjadinya mata air. Secara umum bisa dikatakan bahwa mata air terjadi ketika air permukaan yang berasal dari luar bumi meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun