Kalau mungkin menuliskan hasrat untuk bisikan angin laut, suara purba pepohonan dan rerumputan menunggu dalam catatan-catatan kecil ketika hidup di sini masih berjalan dalam sajak. Manusia-manusia memburu bahagia, menghadirkan tubuh dalam lembut cahaya senja, demi sebuah tanda: kebahagiaan adalah kehendak yang dirajut dalam rumus-rumus tak berkesudahan.Â
Bersama jingga di lereng gunung, kata demi kata tak kuasa lagi menggenapkan makna yang menempuh perjalanan panjang, masa ke masa. Ini rindu dilipatgandakan dalam ngembara, menziarahi ruang hidup-ruang hidup yang diambrukkan atas nama kemajuan dan kebahagiaan.Â
Di sini, seekor banteng masih saja memberikan bait-bait sajak bersama rindang sebatang pohon. Gunung-gunung mengawal cerita demi cerita dalam sujud di kejauhan yang begitu dekat. Sementara, dedaunan mendendangkan tembang bersama kehangatan, tak ada risau menyambut malam.Â
Kalau mungkin menitipkan rindu kepada senja yang kita abadikan bersama harapan tak memaksa, biarkanlah lirih senandung dari dalam hutan terus melanjutkan cerita demi cerita yang membuat kita tersenyum demi sebuah prasasti batin: hidup di sini mesti berlanjut.
Baluran, 19 Juli 2022
KIDUNG KEPALA BANTENG
Segenap epos telah kami lalui, bersama pagi yang begitu memukau, bersama siang yang begitu hangat, bersama senja yang begitu ikhlas, bersama malam yang begitu damai. Tak ada tangis yang perlu dijaga pada setiap batas waktu karena kepastian demi kepastian bumi menuntun pada sebuah padang begitu tenang.Â