PENGANTAR
Kajian tentang komunitas tutur merupakan aspek penting dalam antropologi linguistik, sub-disiplin dalam antrapologi yang menelaah tindak kebahasaan untuk mengungkap kompleksitas dan dinamika dalam sebuah masyarakat (selanjutnya disingkat antropolinguistik).Â
Secara umum komunitas tutur didefinisikan sebagai kelompok warga tertentu yang berbicara bahasa yang sama. Namun, definisi tersebut bagi antropolog linguistik dianggap menyederhanakan kompleksitas yang berlangsung di dalamnya.Â
Marcyliena Morgan adalah salah satu pakar yang cukup serius menggeluti isu-isu komunitas tutur. Ia adalah Profesor Ilmu Sosial Ernest E. Monrad di Harvard University dan Direktur Pendiri The Hiphop Archive and Research Institute (HARI) di Hutchins Center for African and African American Research. Ia mendapatkan gelar sarjana dan MA-nya di University of Illinois di Chicago.Â
Gelar MA tambahan dalam bidang linguistik ia dapatkan dari University of Essex, Inggris dan gelar Ph.D-nya dari Graduate School di University of Pennsylvania. Dia banyak menulis tentang bahasa dan identitas, pendidikan, filosofi linguistik, gender, feminisme dan seksualitas, wacana dan interaksi, Â rasisme, dan budaya hip hop.Â
Beberapa karyanya antara lain: Hiphop and the Global Imprint of a Black Cultural Form (2011, bersama Dionne Bennett), The World is Yours: The Globalization of Hiphop Language (2016), Language, Discourse and Power in African American Culture (2002), The Real Hiphop - Battling for Knowledge, Power, and Respect in the Underground (2008), Speech Communities (2014) dan masih banyak lagi.Â
Tulisan ini berusaha memaparkan gagasan-gagasan penting Morgan terkait komunitas tutur yang memberikan kontribusi penting dalam antropolinguistik, sosiolinguistik, identitas, gender dan yang lain. Dalam pandangan Morgan, komunitas tutur menjadi pintu masuk untuk memahami bahasa yang digunakan dalam komunitas, khususnya terkait pembentukan-makna karena ia merupakan produk dari interaksi yang sudah berlangsung lama di antara warga komunitas.Â
Dalam interaksi itulah mereka berbagi keyakinan dan sistem nilai yang menghargai budaya, masyarakat, dan sejarah serta komunikasi dengan pihak lain. Secara dinamis, interaksi ini membentuk asal-muasal fundamental kontak antarmanusia dan keutamaan bahasa, wacana, dan gaya verbal dalam representasi dan negosiasi hubungan yang terjadi. Â
Komunitas tutur menekankan fakta bahwa bahasa merepresentasikan, mewujudkan, mengkonstruksi, dan membentuk partisipasi penuh makna dalam masyarakat dan budaya. Dalam komunitas tutur kita bisa menjumpai sistem simbolik yang bisa dimengerti secara mutual dan sistem komunikatif ideologis harus diutamakan di antara mereka yang memiliki pengetahuan dan tindakan yang sama tentang bagaimana sesuatu bermakna melintasi konteks-konteks sosialnya.
Memang, terdapat banyak bentuk sosial dan politik yang bisa dijadikan basis eksistensi komunitas tutur sekaligus menegaskan betapa luasnya entitas ini, dari negara-bangsa hingga grup media sosial yang didedikasikan untuk psikologi hewan piaraan. Komunitas tutur juga dikenali sebagai entitas berbeda dalam hubungannya dengan komunitas tutur lainnya. Â
Bahkan, perbedaan tersebut bisa memunculkan kesadaran kolektif dalam komunitas tutur ketika muncul semacam krisis yang seringkali dipicu tindakan kekuatan hegemonik yang menganggap mereka sumber masalah. Misalnya, kelompok penutur AAE (African-American English, bahasa Inggris Afrika-Amerika) yang seringkali dianggap sebagai sumber kejahatan seperti penyalahgunaan narkoba, gangster, dan yang lain.Â