ROMANSA SEBUAH JARAKÂ
Rinai hujan di senja ini haturkan satu kinanti. Tentang rindu yang menunggu, menghitung waktu memburu. Jarak yang membentang, meluruhkan bayang. Dan, kita pun diam, rajut angan.Â
Suara senja semaikan rasa, meski senyap menyapa. Kularungkan segala resah, bersama netra membaca. Jarak yang membentang, meluruhkan bayang. Dan, kita pun diam, rajut angan.
Dalam sajak terpisah, kita tuliskan cerita. Hidup mesti berlabuh, mengendapkan keluh.Â
Dalam satu pepuji, semoga tembangmu kembali. Lantunkan satu romansa di tepi telaga.
* Puisi ini saya tulis pertengahan tahun 2020 ketika pandemi Covid-19 sedang gawat dan mengharuskan semua kampus memberlakukan pembelajaran daring/online. Saya pun merekam betapa sunyinya kampus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ) ketika itu.Â
Tidak ada pelajaran di ruang kelas. Tidak ada kegiatan mahasiswa. Tidak ada dosen. Hanya tenaga kependidikan dan pejabat yang masuk secara giliran. Kondisi itulah yang mendorong saya menulis puisi ini dan selanjutnya menjadikannya lagu sederhana.Â
Suara kibor dan vokal dalam lagu dari puisi ini saya rekam dengan HP. Semua video juga diambil dan diedit dengan kamera HP. Mohon maaf kalau banyak kekurangan.