Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Generasi Medsos Menikmati Pameran Lukisan

25 Januari 2022   12:26 Diperbarui: 25 Januari 2022   12:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok pengunjung berfoto bersama di spot yang memang disediakan panitia. Dok. DKK FIB UNEJ

Dengan pertimbangan itulah, panitia juga membuat hastag #localvisual untuk di-tag oleh pengunjung yang meng-upload foto mereka di medsos. Tentu, bagi panitia semakin ramai tag sejak hari pertama akan menjadi promosi gratis bagi pameran ini. 

Paling tidak, ramainya tag #localvisual di medsos akan menjadi sarana untuk memperkenalkan asyiknya berkungjung ke pameran seni rupa. Harapannya, para generasi medsos akan tertarik untuk mendatangi acara-acara serupa atau, paling tidak, acara-acara kesenian lainnya. Ini adalah salah satu keunggulan dunia medsos di mana arus informasi yang dikemas dalam tampilan-tampilan menarik akan menjadikannya menyebarluas. 

Pengunjung pameran selfie. Dok. DKK FIB UNEJ
Pengunjung pameran selfie. Dok. DKK FIB UNEJ
Dengan ramainya display LV-JVAE di medsos, paling tidak, kawan-kawan panitia telah melakukan 'investasi gratis' melalui medsos, khususnya dalam hal membudayakan seni rupa dalam ragam bentuknya dan juga pameran seni rupa. Membudayakan artinya menjadikan seni rupa dan pameran rupa sebagai karya dan proses kultural yang bisa menjadi imajinasi dan dipikirkan oleh generasi muda. 

Meskipun demikian, ke depannya, kawan-kawan pegiat seni yang hendak menggelar pameran rupa, ada baiknya menyiapkan para pemandu yang akan memberikan pengantar kepada para pengunjung tentang makna lukisan yang dipajang. Paling tidak, makna paling sederhana. Hal itu perlu dilakukan agar para pengunjung yang notabene pemula, bisa mendapatkan informasi yang bisa disebarluaskan, meskipun hanya singkat sebagai catatan pendek di foto-foto yang mereka pajang di medsos. 

Saya sempat ngobrol dengan salah satu mahasiswa semester akhir dari Fakultas Ilmu Budaya UNEJ tentang makna sebuah lukisan yang tengah ia nikmati bersama kawan-kawannya. Dia menjawab tidak tahu sama sekali. Artinya, mereka memang tidak memiliki literasi visual untuk membaca karya-karya rupa. 

Dengan menyediakan pemandu, paling tidak, panitia telah melakukan edukasi berharga bagi mereka yang belum pernah datang ke pameran rupa. Syukur-syukur kalau pelukisnya sendiri mau datang dan memberikan sedikit penjelasan tentang karya mereka. Tentu ini bukan dimaksudkan untuk mendominasi tafsir dari pengunjung.

Selain itu, bekal literasi visual kepada para pengunjung sedikit banyak mengimbangi keheboan dalam men-upload hasil selfie dalam pameran rupa. Dengan demikian, tidak hanya tradisi selfie yang akan mengemuka setiap ada acara pameran rupa atau kegiatan seni yang lain, tetapi juga komentar-komentar cerdas dan kritis para pengunjung terkait apa-apa yang mereka nikmati selama kegiatan berlangsung. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun