Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sisa Hujan Malam Ini dan Epilog Bidadari

24 November 2021   18:46 Diperbarui: 24 November 2021   19:01 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bidadari itu bertandang malam ini, mengabarkan senyum berselimut mendung. Lincah tubuhnya tiba-tiba diam di atas ranting basah. Tak juga angin bergerak. Tak juga bintang memancar. Wajah pucat memulihkan gelap merambat

"Aku terjebak dalam kinanti melangit; meluluhkan ruang sadar terkesima. Batas akal terdekap hangat maya senandung, memudarkan simfoni hati mulai terjaga. Kini aku hanya diam di sini; di atas ranting mulai patah. Aku tahu ini bukan takdir, tapi kekalahan yang harus menikamku perlahan-lahan."

Bidadari itu membuka mata mulai kering. Berat ingin membaca rangkaian mantra: menjerat tubuh dan akalnya di antara jejaring gelombang hampa. Ia mulai berhitung kesempatan. 

"Tak harus meratapi kekalahan. Aku masih bernyawa tak harus merasa kalah. Aku masih berakal. Bersama serpihan remuk sang hati aku akan mematahkan ranting: memulai pagi menghilang dalam hidup."

Jember, 16 November 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun