Selasa sore, 9/6/20, setelah keluar dari ruang jurusan Sastra Inggris Fak. Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember (UNEJ), saya melihat beberapa ekor kucing "bercengkrama manja" di sebuah gasebo yang sudah ditinggalkan mahasiswa karena mereka harus kulian online dari rumah masing-masing.Â
Kucing-kucing itu seperti bersiap menyambut malam yang sebentar lagi benar-benar membuat kampus sepi mampri karena tidak adanya aktivitas mahasiswa di kampus.Â
Saya pun mendekat kepada mereka. Tidak ada kekhawatiran sama sekali di mata mereka. Bahkan, ketika saya memotret--tentu dengan kamera HP--dalam jarak dekat seekor kucing yang tengah menikmati posisi enak di atas meja, ia tetap santai. Dalam hati saya bersyukur para makhluk Tuhan yang paling manis ini masih betah hidup di lingkungan Kampus FIB. Â
Pilihan para kucing itu untuk bertahan hidup di Kampus FIB tentu tidak lepas dari energi welas asih yang mereka rasakan. Apa yang saya maksudkan dengan energi welas asih adalah kasih sayang yang diberikan lingkungan FIB--dari kantin, pepohonan, ruang kelas, lantai, bangku gasebo, dan yang lain--dan civitas kampus--dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, staf cleaning service, penjual makanan di kantin, dan yang lain.Â
Lingkungan FIB telah memberikan rasa nyaman kucing-kucing itu dengan memberikan tempat untuk berteduh dan tidur, bahkan berkembang biak. Mereka bebas memilih tempat-tempat teduh dan nyaman untuk santai, rebahan, bergerombol, bermain, dan aktvitas lain.Â
Sementara, kucing-kucing itu juga mendapat cintah kasih dari manusia-manusia yang berkenan berempati kepada kehidupan mereka. Sebelum pandemi, selain mendapatkan asupan makanan dari civitas kampus yang tengah makan di kantin nan sejuk dan teduh, mereka juga mendapatkan welas asih dari beberapa sahabat yang rela meluangkan kesabaran dan berbagi rezeki.Â
Lelaki asal "Pojok Beteng" Yogyakarta ini, terus memberi makan kucing dengan makanan khusus yang dibeli dari tokoh hewan. Dukungan total istrinya, Rina Raharjo, memperkuat perjuangan sederhananya untuk memberikan kebahagiaan kepada makhluk Tuhan yang juga berhak hidup dan berkembang di tengah-tengah kemajuan UNEJ. Â
Konsistensi KangMas Christ dan Mbak Rina, begitu saya biasa memanggil mereka sehari-hari, menarik minat beberapa mahasiswa untuk ikut memberikan makan kepada kucing-kucing di kampus FIB. Beberapa di antara mereka adalah mahasiswa semester akhir di Jurusan Sastra Inggris yang tengah mengerjakan skripsi, seperti Elok Rachmawati, Herlin Noer, dan Aura.Â
Elok sendiri tengah mengerjakan skripsi dengan pendekatan ecocriticism untuk membahasa kasus-kasus penyiksaan binatang. Jadi, apa yang ia lakukan bersama tim kecil yang dikoordinasikan oleh KangMas Christ merupakan dimensi aksiologis dari apa yang ia tulis dalam skripsi.