Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ungkalan, Pesona Sungai dan Hutan di Jember Selatan serta Kemungkinan Pengembangannya

11 Maret 2020   21:38 Diperbarui: 11 Maret 2020   22:06 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun airnya keruh, tetap tidak mengurangi keindahan rawa yang seperti berada dalam perlindungan hutan di atas bukit itu. Sampai saat ini Rowo Cangak dan Pantai Cangakan belum dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan Jember. 

Padahal, kalau mau dikelola secara serius dengan memperbaiki jalur transportasi untuk akses ke lokasi dan pembuatan fasilitas umum, tidak menutup kemungkinan kedua objek alam tersebut bisa berkembang. Termasuk Pantai Nanggelan.

Ladang Pak Turi. dokpri
Ladang Pak Turi. dokpri
Tidak lupa, kami juga dipertemukan dengan para petani semangka yang bersiap menanami sekira 2000 ha lahan di luar dusun yang berbatasan langsung dengan Pantai Canga'an. Semangka Ungkalan memiliki kualitas yang cukup baik karena ditanam di lahan yang tanahnya bercampur dengan pasir. 

Sayangnya, kedatangan kami tidak berbarengan dengan panen raya. Menurut Pak Turi, salah satu petani, lima puluh hari lagi sudah mulai panen. Kami pun dipersilahkan datang ke Ungkalan waktu panen. Dengan rasa gembira, kami menyambut dengan senang hati tawaran Pak Turi.

Menutup Perjalanan dengan Aneka Seafood ala Ndeso

Setelah dari Ungkalan, kami pun kembali ke Sumberejo. Di Sekretariat Rimba Laut, aneka seafood ala ndeso sudah disiapkan. Aroma lobster, ikan bakar, ikan pe, dan kerang memancing nafsu makan kami. 

Tanpa menunggu lama, kami pun menyerbu menu tersebut. Satu per satu menu kami coba. Saya sendiri memilih 'memboyong' tiga lobster ke piring. Mas Poponk, Zamroni, Mas Basis, dan Mas Eko pun tidak mau ketinggalan. 

Daging lobster yang diberikan bumbu pedas begitu empuk dan gurih. Rasa asli daging masih begitu kuat. Meskipun orang bilang, lobster mengandung kolesterol tinggi, prinsip "tidak setiap hari makan" tak pelak lagi menjadi legitimasi untuk menyatapnya.

dokpri
dokpri
Tidak cukup, saya dan kawan-kawan pun menikmati menu lain. Ikan putihan bakar menjadi sasaran karena aroma bakarnya begitu menggoda. Benar saja, daging putihnya yang terbakar di permukaan memberikan rasa gurih yang cukup enak.

 Tidak ketinggalan, ikan pe yang diberi kuah santan pedas menjadi sasaran berikutnya. Saya memang sengaja hanya mengambil sedikit nasi agar bisa menikmati menu seafood sepuasnya. Sensasi pedas meresap ke dalam lidah bersama rasa gurih ikan pe. Keringat pun mulai bercucuran. 

Sebagai penutup, saya menikmati lumayan banyak kerang goreng yang empuk dan gurihnya luar biasa. Rasanya mulut saya tidak mau berhenti. Kalau saja perut masih bisa diisi, saya pasti akan menikmati seafood yang masih tersisa banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun