Meminjam pengertian partai politik dari Ramlan Surbakti yang mendefinisikan parpol merupakan anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.
Partai politik sejatinya memiliki fungsi sebagai wadah bagi masyarakat yang ingin turut berpartisipasi secara aktif dalam mendukung perpolitikan Indonesia, dengan berbagai ideology sebagai landasan untuk mewujudkan cita-cita melalui proker dari tiap-tiap partai itu sendiri. Selain parpol juga berfungsi sebagai sosialisasi politik, komunikasi politik, pengendalian konflik, control politik, partisipasi politik, rekrutmen politik.
Dari fungsi partisipasi dan rekrutmen politik ini, memberikan ruang bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat masuk dan ikut berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan dengan bergabung ke partai politik, tentunya dengan standar dan syarat yang telah ditentukan oleh tiap partai. Namun beberapa tahun belakangan hingga kini parpol melakukan langkah positif untuk menemukan anggota-anggotanya yang lebih baik dari luar ranah politik. Dengan merekrut kader yang dianggap berkompeten,memiliki integrtas, kapabelitas, kapasitas serta basis kosntituen seperti tokoh masyarakat, tokoh alim ulama.
Namun, dibalik perekrutman tersebut, muncul pertanyaan apakah langkah tersebut dilakukan parpol benar-benar untuk mencari anggota yang berkompenten, atau hanya untuk menarik simpati dari masyarakat karena magnet yang dibawa oleh tokoh yang akan direkrut? Pasalnya kebanayakan dari anggota yang mereka “comot” bukanlah orang biasa, melainkan orang besar yang memiliki nama dan pengikut yang tidak sedikit. Apalagi melihat perekrutan sekarang ini, hampir semua parpol berlomba-lomba menunjukkan artis-artis dan selebriti yang mereka rekrut ke partainya. Mulai dari pemain ftv, pemain sinetron dan film, pemain iklan, pelawak, pembawa acara, penyanyi pop, penyanyi dangdut, sampai raja dangdutnya pun mereka rekrut. Parpol seperti beralih fungsi sebagai rumah produksi atau suatu mangemen artis.
Memang tidak semua artis yang berkecimpung di dunia politik itu, tidak memiliki kemampuan dan prestasi. Ada, namun tidak banyak, karena itu memang bukan ranahnya. Dunia politik dan dunia hiburan itu sangat berbeda, harusnya partai politik mempertimbangkan hal tersebut, banyak yang tua di dunia politik saja masih terpeleset kasus-kasus tidak bermoral, pasarannya kasus korupsi. Apalagi artis dan selebriti yang kebanyakan dari mereka yang direkrut tidak memiliki basic di bidang politik. Jangan dibayangkan, pasti bakal ruwet kayak sinetron. Bukannya mengenaralisir, karena sebenarnya ada juga artis-artis dan selebriti yang baik dalam kinerja dan prestasinya.
Sebenernya langkah yang dilakukan parpol tersebut sudah baik, hanya saja jangan terklalu serakah memanfaatkan nama besar artis-artis dan selebriti atau tokoh masyarakat, yang tidak mempunyai kompeten dibidang ini, Politik. Hanya untuk merebut kemenangan dan kekuasaan partai politik saja. Harus benar-benar merekrut anggota parpol yang bisa bukan dianggap bisa, “mendulang suara”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H