Mohon tunggu...
Deka Lesthari
Deka Lesthari Mohon Tunggu... -

Deka Lesthari\r\nAnak rantau yang sederhana berproses mencapai "sukses"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Merdeka “Katanya”

31 Maret 2014   01:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih ingat kapan bangsa Indonesia merdeka? Ya, tepat tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia melalui Sokarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaannya. Dengan di publikasikannya kemerdekaan tersebut, tandanya Indonesia sejak saat itu terbebas dari penjajahan. Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan tonggak awal bagi Indonesia untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa secara mandiri tanpa tekanan bangsalain.

Secara de facto, memang Indonesia sudah merdeka. Bangsa kita memang sudah tidak terjajah seperti zaman dulu. Tidak lagi kita temui kerja paksa (romusha), sistem tanam paksa, perbudakan, dan banyak hal yang mengkerangkeng hak-hak masyarakat Indonesia. Kenyataan yang sebenarnya terjadi dengan negeri ini sungguh mengerikan. Indonesia kini terjajah inverstasi, industry dan budaya.

Hampir diseluruh daerah di 34 provinsi di Indonesia, terdapat pabrik-pabrik dan perusahaan industry yang bukan milik negara atau milik pribumi melainkan milik perusahaan asing. Yang begitu tersohor, sebut saja Pripot di Papua. Gunungan emas yang harusnya diekpolitasi oleh pribumi malah di nikmati oleh bangsa lain. Sedangkan masayarakat pribumi hanya dijadikan sebagai “jongos” dengan upah yang tidak sebanding dengan pekerjaannya.

Belum lagi banyaknya penanaman modal atau investasi yang di lakukan oleh negara luar kepada bangsa Indonesia, menyebabkan kepemilikan baik lahan, bangunan dipegang oleh pihak asing. Jika ini di biarkan, timbul kecemasan dimasa mendatang bangsa Indonesia hanya tinggal nama, sedang kepemilikan lahan dipegang pihak asing. “Seperti menumpang di rumah sendiri”.

Bentuk jajahan selanjutnya bidang budaya. Masuknya budaya luar ke Indonesia tidak dipungkiri telah mengikis budaya kita senidiri. Misal saja yang lagi ngtrend sekarang ini budaya korea. Adanya boyband girlband berhasil membuat generasi muda Indonesia meninggalkan sejarah bangsanya sendiri. Terbukti, remaja-remaja lebih hafal personil boyband dan girlband korea dibanding dengan para pahlawan bangsanya. Sungguh miris dan menyayat hati jika dibiarkan begitu saja.

Menghadapi jajahan era kini yang lebih menghawatirkan, diharapkan kinerja dari pemerintah untuk menyaring atau memblok investor dari pihak asing agar tidak merajalela. Sedang untuk remaja-remaja bangsa, hendaknya lebih mencintai budaya bangsa kita, Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun