Mohon tunggu...
deka irawan
deka irawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

i'm the simple man.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Egoistica 2

1 Mei 2012   08:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Medan, 27 Juli 2011

Saudariku Mika,

Sesaat ragaku tergeletak lelah, nalarku beterbangan menghadap sang penguasa takdir. Jiwaku tertunduk lemah. Wahai saudariku, raga kita sudah terlalu lama tak berhadapan merangkai cerita khayalan yang kita sering lukis disaat terang mulai meredup lalu gelap pun menguasai alam. Aku membawa raga dan jiwaku terbang lepas mencari kedewasaan, kuharap kau pun sama. Ingin aku lihat isi dalam saku celana hasil dari perjalananmu lalu kita bagi bersama.

Hidup adalah perjalanan dan aku harap telah melakukan perjalanan itu dengan jiwa yang ikhlas. Apakah kau sudah mendapatkan keikhlasan itu saudariku?

Saudariku, zaman telah banyak memakan waktuku untuk melakukan hal-ha yang saat ini sangat bertentangan dengan kebiasaan yang dulu sering aku lakukan bersama hatiku. Nalarku tak sepaham dengan hatiku saat ini. Waktu telah membiasakan diriku berhadapan dengan kebosanan, kejenuhan akan rutinitasku saat ini. Aku banyak berfikir tentang hidup dari segi dimensi yang berbeda.

Saudariku, aku merindukan kenangan kita bersama saat jiwa-jiwa bebas kita bercengkrama dengan begitu lugasnya. Rasa itu mengalir begitu santai melewati celah-celah hidup yang kadang menguras emosi dan egoistic diri kita masing-masing. Aku berusaha tuk menjalani takdirku tanpa ketertarikan terhadap pesona hawa, tapi ditengah perjalanan takdirku, seorang wanita menawar hatiku.. Hatiku tersentak dengan segala perhatian dan kasih sayangnya..membuat nalar sadarku mati dengan begitu spontan. Aku ingin sendiri tapi hatiku merasa bahagia dengan kehadirannnya. Ahhh…cinta. Mungkin itu yang menawar hatiku saat ini. Bolehkah aku berpaling untuk sedikit saja merasakan cintanya. Nalarku melemah. Hati terbawa oleh keindahan yang diberikannya. Aku terdiam meratap diri. Aku tak ingin lemah karena cinta. Karena cinta saat ini bukanlah tujuan utamaku, tapi cinta itu benar-benar menawar hatiku walaupun nalarku menolak hebat. Saudariku..aku bingung. Haruskah aku tinggalkan rasa ini atau aku berpaling merangkul rasa ini!!? Aku berusaha menyadarkan hatiku..tapi hatiku tiba-tiba buta.

Perlahan aku mulai melirik keindahannya. Aku mulai terbuai, terpukau dan terlena terbawa kahayalan indah tentang keindahan bercinta dengan dirinya. Aku ingin.. tapi aku ragu.. terkadang keraguan membuat aku ingin mencoba berbuat jahat dengan mengingkari comintmenku akan takdir yang sedang dan akan aku jalani tentang kehidupan cinta. Saat ini aku ingin mematikan rasa cintaku karena sesuatu tapi karena sesuatu itu pula aku ingin menghidupkannya kembali. Mika..mungkinkah saat ini aku sedang merasakan cinta, perlahan-lahan masuk kedalam hatiku dengan begitu lembut dan getarannya membuat urat syarafku mati rasa. Nalarku dibuatnya tak berdaya. Ingin aku berontak tapi jiwaku bernyanyi indah. Aku mencoba menikmati keindahan rasa ini karena Cinta sejatinya adalah keindahan.

Aku mulai merasakan ketidakdewasaan ketika cinta itu perlahan-lahan mengusik jiwa dengan kapasitas yang bisa aku bilang sudah taraf memprihatinkan, aku seperti anak kecil dengan segala tingkah lucu dan anehnya menyikapi hal-hal baru. Mika, aku ingin berbagi cerita denganmu. Aku haus kebersamaan dan kehangatan yang sering kita ciptakan takkala takdir mempersilahkan kedekatan kita terealisasi. Berterima kasihlah kita kepada sang Pemilik takdir ketika kebersamaan kita pernah terwujud dan segera akan diwujudkan. Aku menunggu kesempatan itu datang wahai saudariku..

Semoga Tuhan tetap menyayangi jiwa-jiwa kita yang bebas.

Yang menyayangimu…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun