Mungkin bagimu cinta adalah permainan yang begitu menantang,tak perduli setiap hari,setiap bab yang kita lalui adalah bahagia semu yang sengaja kau suguhkan kepada ku, hanya sekedar untuk menghibur lukaku bukan menyembuhkan lukaku.Â
Ku hanya mampu terpaku, senyuman ku masih saja beku disudut sendu yang sengaja ku tahan agar ku tak lagi menumpahkan air mata.Rasa ku tak lagi sama, seolah kosong tak mampu ku  uraikan secara logika, mencintai mu dan bersamamu hingga ajal memelukku adalah tujuan yang ku inginkan namun nyatanya tujuan mu hanya menjadikan ku persinggahan ketika jenuh menghampiri mu, dan sial nya aku yang kau pilih dari sekian makhluk di dunia ini, manusia yang dipenuhi oleh luka dan trauma dan kau tahu ini dan masih saja memerankan tokoh bayangan di ceritaku.Â
Bagi mu cintaku tidak pernah sepadan dan bagi mu, melihat ku 'mati' perlahan adalah keinginan mu yang kau balut dengan 'kenaifan' dengan kalimat aku tidak ingin melakukan nya tapi nyatanya kau berkali-kali menikam ku dengan cinta yang kau tahu ku ingini, kau sengaja 'menjebak ku' dalam permainan yang ku tahu kau begitu lihai melakukan nya. Ku masih saja terdiam ketika berkali-kali sengaja ku bunuh harapan ku hanya untuk sebuah senyuman yang kau sunggingkan kepada duniamu dengan meredupkan duniaku. Bukankah cintaku bagimu tidak pernah cukup dan tidak pernah tepat waktu. Sialnya langkah ku terpaku di cerita yang tak ingin ku akhiri. Ku coba merakit kembali  membangun puing luka yang sering ku pintal agar tak 'melukai' terlalu dalam. Dan lucunya kau masih menjadi topik utama di dalam setiap bab cerita ini, tetap menjadi rumahku walaupun tak lagi sesempurna dulu, namun terkadang kelukaan adalah salah satu alasan ku untuk tetap menyertai mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H