Kehilangan seolah begitu melekat pada duniaku, tak pernah sedikitpun memberiku ruang untuk sebentar saja berdiskusi, menanyakan tentang perasaan ku ataupun menanyakan tentang keinginan ku. Nyatanya aku lah yang harus memaklumi apapun yang orang lain perbuat untuk ku juga duniaku.Â
Memang tidak sepenuhnya salah namun bukankah aku hanya seorang yang kerapkali menggenggam sendiri kelukaan ku tanpa seorang pun di luar sana ku ijinkan menyentuh nya barang sedikitpun. Lantas mengapa kini semua orang seakan berisik ketika ku memutuskan untuk menyudahi 'drama' ini hanya untuk sebuah 'ketenangan' yang tak pernah ku sentuh.Â
Mengapa seolah aku lah pendosa yang pantas untuk di hakimi. Kepergian ini bukan sesaat hadir di benakku namun kepergian ini sudah melewati fase dimana jiwaku telah benar-benar beku, tidak olehmu, namun oleh bait-bait doa di kesunyian malam yang kerapkali ku lantunkan. Bahwa waktu ku telah usai untuk membersamaimu, bukankah hidup selalu seperti ini, ada malam ada siang, begitu juga kita ada datang dan pergi. Tidak ada yang pantas di sesali karena sejatinya perjalanan ini telah digariskan dengan begitu rapinya oleh Sang Pemilik Jiwa.
Bukankah Sang Pemilik Jiwa juga lah yang Maha membolak-balikkan hati kita, lantas mengapa terkadang kita masih saja 'memberontak' dan dengan dungu nya merasa bahwa dunia ini tidak pernah adil kepada dunia kita. Betapa angkuh nya diri ku jika aku masih saja merenggut mu hanya karena rasaku yang begitu dalam mencintai jiwamu.
#dejavuchrysna
#renjanajiwaku
#baitkata
#mydesember
#writer
#novela
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H