Mohon tunggu...
Deisi Daningratri
Deisi Daningratri Mohon Tunggu... Psikolog - Pembelajar yang sedang dan terus belajar

hi! saya pembelajar yang sehari-hari bekerja sebagai Psikolog Klinis di RSCM. Saya ingin menjadikan tulisan saya sebagai wadah belajar dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Upaya Mempertahankan Kesehatan Mental dengan Mengatasi Kesepian

7 Maret 2021   21:50 Diperbarui: 7 Maret 2021   22:26 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan bergizi. Sumber: Freepik

Perubahan dunia akibat virus Covid-19 mempengaruhi berbagai sendi kehidupan. Tidak hanya membawa dampak besar pada sektor kesehatan secara khusus, namun juga ke sektor perekonomian, pemerintahan, serta mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.

Adanya pembatasan jarak fisik untuk meminimalisir menularnya virus Covid-19 telah menimbulkan dampak pada kesehatan mental seseorang terutama mengenai munculnya fenomena kesepian. Artikel yang saya tuliskan sebelumnya membahas dampak pandemi terhadap munculnya fenomena kesepian pada hampir sebagian besar manusia di dunia.

Siap atau tidak, mau atau tidak saat ini manusia dituntut untuk bisa beradaptasi dengan kesepian yang dirasakan.

Mengapa tidak semua orang memiliki kemampuan respon yang sama untuk beradaptasi dengan kesepian?

Dua orang peneliti yaitu Padmanabhanunni & Pretorius (2020) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki resiliensi dan efikasi diri yang baik dipredikasi lebih baik dalam merespon stres. Resiliensi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bangkit dan beradaptasi dari masalah serta keterpurukan. Sedangkan efikasi diri berkaitan dengan kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dan kapasitasnya sendiri dalam menghadapi masalah.

Apakah resiliensi dan efikasi diri tersebut bisa ditingkatkan? Jawabannya adalah IYA. Pertanyaan selanjutnya apakah kamu siap dan mau?

Berikut adalah tips yang ingin saya bagikan. Harapannya dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan ketrampilan pembaca untuk menghadapi dan membersamai kesepian.

1. Mengenali dan menerima apa itu kesepian.

Ilustrasi kesepian. Sumber: Pexels
Ilustrasi kesepian. Sumber: Pexels

Langkah awal adalah mencari alasan mengapa rasa kesepian tersebut muncul. Cari sumber dari penyebab timbulnya rasa kesepian, apakah karena menjalani isolasi akibat penyakit, tinggal jauh dan tidak bisa bertemu keluarga, atau merasa dikucilkan dari lingkungan. 

Mencari tau sumber masalah yang menimbulkan rasa kesepian dalam diri akan membantu kita menemukan solusi yang sesuai.

Langkah berikutnya adalah menerima kesepian secara objektif sama seperti menerima fakta bahwa kita sebagai manusia bisa merasa lapar.

Merasa kesepian bukanlah sesuatu aib yang memalukan sehingga patut ditutup rapat dan disembunyikan dari orang lain.

Kesepian merupakan sinyal yang dikirim saat tubuh merasa kurang dalam pemenuhan kebutuhan akan interaksi dan hubungan sosial dengan orang lain. Sama halnya ketika kita merasa lapar karena tubuh butuh makan. Tubuh akan mengirimkan sinyal misalnya perut menjadi keroncongan, badan terasa lemas, atau kepala pusing.

Kesepian terjadi karena pada dasanya manusia adalah makhluk sosial. 

Manusia cenderung berusaha membangun hubungan dengan orang di sekitarnya agar tidak merasa sendiri. Sejak jaman manusia purba, nenek moyang kita sudah hidup berkelompok. Mereka merasa lebih aman dari serangan hewan buas ketika bersama-sama dan merasa diuntungkan bila harus mencari makan dalam kelompok.

2. Ekspresikan emosi dan perasaan yang muncul.

Ilustrasi memasak. Sumber: Freepik
Ilustrasi memasak. Sumber: Freepik

Memendam emosi negatif  seperti sedih, kecewa, marah, khawatir dan membiarkannya menumpuk dapat mempengaruhi kondisi psikis yang berdampak pada penurunan imunitas tubuh dalam melawan penyakit. 

Padahal menjaga imunitas tubuh mutlak diperlukan untuk meningkatkan efektivitas tubuh melawan virus Covid-19.

Ada baiknya emosi negatif tersebut di ekspresikan dengan cara positif dan kegiatan produktif misalnya menekuni hobi lama atau mencari hobi baru. Kamu bisa menggambar, mendengarkan musik, melukis, menonton film baru, fotografi, dan mencoba resep baru. 

Kamu bisa juga melakukan journaling atau menulis di jurnal. Misalnya menuliskan peristiwa yang terjadi sehari-hari dan bagaimana perasaanmu akan peristiwa tersebut. Kamu juga bisa menuliskan hal-hal yang kamu syukuri setiap harinya. Misalnya menuliskan rasa syukur bisa menghirup udara pagi atau bersyukur masih bisa menikmati secangkir coklat hangat di malam yang dingin.

3. Lakukan aktivitas fisik yang memerlukan gerakkan tubuh.

Ilustrasi menari. Sumber: Freepik
Ilustrasi menari. Sumber: Freepik

Pembatasan jarak sosial bukan berarti membuat kita tidak bisa melakukan apapun sehingga memilih untuk diam bahkan kemudian hanya menghabiskan waktu dengan rebahan sepanjang hari bahkan sepanjang minggu.

Gerakkan badanmu dan rasakan perubahan nyata pada suasana hatimu!

Lakukan aktivitas seperti berolahraga atau sekedar berjalan-jalan di sekitar rumah. Ikuti kelas olahraga secara daring misalnya mengikuti kelas yoga online. Dengarkan musik dan biarkan tubuhmu menari mengikuti irama.

Kegiatan lain misalnya membersihkan dan menata ulang kamar atau bagian rumah yang lain untuk mendapatkan suasana baru. Selain itu bermain dengan hewan peliharaan dan melakukan aktivitas berkebun dapat menjadi alternatif yang bisa dicoba untuk menggerakkan tubuh.

4. Bersikap aktif dalam mencari dukungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun