Mohon tunggu...
Deirdre Tenawin
Deirdre Tenawin Mohon Tunggu... -

Instagram : @deirdretenawin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Betawi Rasis Cuma Ada Di Politik

16 September 2012   16:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:22 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1347813213431133306

Beberapa pekan ini, dunia perpolitikan ramai dengan persiapan menuju pemiilukada Jakarta putaran kedua. Wajah-wajah pasangan cagub dan cawagub yang akan bertanding di babak kedua menghiasi pemberitaan di berbagai media massa dan menyibukkan berbagai lembaga survei. Semakin dekat waktu kampanye, semakin sering masyarakat melihat wajah kedua pasangan di layar kaca. Salah satunya dalam bermacam bentuk acara debat. Sangat tampak bagaimana stasiun-stasiun TV berlomba-lomba memanfaatkan momen ini untuk tampil bergengsi. Herannya, walaupun ditayangkan berkali-kali, antusiasme masyarakat untuk menonton tetap tinggi. Sepertinya masyarakat tak kunjung bosan walau yang disampaikan kedua pasangan hampir sama saja. Ini menunjukkan kesadaran politik masyarakat yang semakin meningkat, dan ini adalah kemajuan yang positif. Di sisi lain, masyarakat bisa ikut mengawasi apakah para cagub dan cawagub konsisten dengan visi dan misi yang pernah disampaikan sebelumnya. Malam ini, Metro TV tidak ketinggalan menayangkan debat Cagub dan Cawagub DKI Jakarta. Dalam satu kesempatan, salah satu cawagub dari pasangan yang mengaku Betawi asli menyindir cawagub lainnya yang bermata sipit dengan memanggil namanya menggunakan logat Chinese. Sindiran usilnya cukup menggelitik dan mengingatkan pada pengalaman saya berkunjung ke Kampung Betawi Setu Babakan kira-kira setahun yang lalu. Saya masih ingat, setiap percakapan yang berlangsung antara saya dengan masyarakat Betawi yang ada di sana. Yang saya tahu, Betawi adalah suku yang sangat terbuka terhadap perbedaan. Mengapa tidak? Buktinya saja budaya Betawi banyak mengadopsi budaya dari Portugis dan China. Suku Betawi tidak pernah enggan untuk berbaur dengan etnis lain. Di Kampung Betawi Setu Babakan saja terdapat 40 % warga pendatang yang berbaur dengan 60% warga Betawi asli. Bahkan, mereka tidak keberatan dengan perkawinan campuran. “Mereka kan juga sama dengan kita, orang juga. Yang penting mereka mau bergaul dengan pribumi, menaati peraturan-peraturan yang dibuat RT dan bergaul lah supaya gak saling mencurigai,” tutur Bang Samin Jebul, seorang mantan jawara berusia 81 tahun yang dituakan dan dihormati oleh penduduk sekitar kampung Betawi Setu Babakan. Jadi, jika ada orang Betawi yang rasis dan meneriakan SARA, tentu jadi tanda tanya besar. Jangan-jangan ke-sukuannya pun dijual atas nama politik? Jangan-jangan... (Deirdre Tenawin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun