Ketidaksetaraan gender merupakan isu global yang mempengaruhi kehidupan perempuan di berbagai aspek, seperti ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan lain-lainnya. Di Indonesia, ketimpangan ini masih sangat nyata, dengan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) mencapai 0,40 pada tahun 2020. Hal ini membuktikan bahwa perempuan menghadapi berbagai tantangan yang menghambat dan membatasi partisipasinya dalam pembangunan.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Kesenjangan Gender (IKG) Indonesia turun signifikan menjadi 0,447, membuktikan penurunan yang stabil dalam kesetaraan gender, yaitu sekitar 0,02 poin persentase lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya pada tanggal 6 Mei 2024.
Permasalahan Ketidaksetaraan Gender Dalam Perspektif Global
Pentingnya mengangkat isu ketidaksetaraan gender dan menanganinya sebagai masalah yang mendesak karena isu tersebut memengaruhi hak asasi manusia dan prioritas pembangunan. Dr. Nafis Sadik, direktur eksekutif Dana Kependudukan PBB, merilis laporan yang lebih berfokus pada masalah ini dibandingkan pertumbuhan populasi global. Ia berkata: "Masalah populasi tidak akan terpecahkan jika kita tidak mengatasi masalah individu". Jika perempuan memiliki kekuatan, untuk mengambil keputusan mengenai aktivitas seksual mereka dan konsekuensinya, 80 juta kehamilan yang tidak diinginkan, 20 juta aborsi yang tidak aman, dan 500.000 kematian ibu dapat dihindari setiap tahun.
Dalam politik ketidaksetaraan gender dapat menjadi salah satu isu dalam perjuangan global untuk perdamaian yang berkelanjutan dan adil. Kesadaran akan ketidaksetaraan gender yang terus terjadi dalam proses perdamaian di seluruh dunia. Ketimpangan ini mencakup rendahnya jumlah perempuan yang berpartisipasi dalam negosiasi perdamaian dan kurangnya fokus gender dalam perjanjian damai yang disepakati. Pada konteks ini, keterlibatan perempuan dalam proses negosiasi perdamaian mempunyai kedudukan penting dalam mengembangkan solusi yang komprehensif. Resolusi PBB seperti Resolusi 1325 tentang Wanita, Perdamaian, dan Keamanan, telah menekankan pentingnya partisipasi perempuan dalam semua aspek penyelesaian konflik.
Ketidaksetaraan gender di seluruh dunia disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Berikut ialah beberapa faktor utama yang menyebabkan masalah ini:
1. Budaya Patriarki
Budaya patriarki menjadi salah satu penyebab utama ketidaksetaraan gender. Di dalam masyarakat, norma patriarki mendudukan laki-laki pada posisi utama atau dominan, sementara perempuan dianggap lebih rendah dan ternistakan.Â
Pemahaman yang terdahulu dan tradisional mengenai peran laki-laki dan perempuan sering kali menghambat kemajuan menuju kesetaraan gender. Hal ini seringkali berujung pada diskriminasi, kekerasan dan pembatasan kebebasan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.