Pekan lalu, pedagang daging sapi mogok berjualan karena harga daging sapi melambung alias melejit tinggi, sehingga tak banyak pembeli. Tak sedikit yang punya hajat merayakan ngawinin anaknya , atau yang hendak merayakan hajatan nyunatin anaknya atau cucunya kelabakan mencari daging sapi yang mendadak hilang dari pasaran.
Eh, pekan ini, giliran pedagang daging ayam yang giliran mogok jualan. Sama alasannya dengan pedagang daging sapi ; ngambek karena harga daging ayam melejit tinggi alias melambung tidak terjangkau banyak pembeli.
Belum kelar mogok jualannya pedagang daging ayam, eh, sudah muncul isu dikalangan ibu-ibu. Nih ..., katanya ibu-ibu di pasar sama di sekolahan yang lagi nunggu anaknya sekolah ; minggu depan giliran pedagang telur yang bakalan mogok, karena harga telur juga sudah merayap naik.
Waddduuuhhh..., kalau sudah pada mogok-mogokan, ancam-mengancam begini, gawat juga. Apalagi ini biasanya menjadi isyarat tidak terbantahkan alias isyarat tidak bersurat bahwa para ibu atawa istri meminta dana tambahan untuk tambahan keperluan dapur. Suka tidak suka, ikhlas atau tidak ikhlas , jelas harus dipenuhi, karena bisa-bisa mereka -- para ibu atau istri -- melakukan mogok juga. Bisa mogok masak, mogok bicara, dan terutama yang gawat, tentu saja..., mogok "kerja" malam-malam ketika penyakit ; mah...,mah..., kambuh. Mana tahan deh..., hehehehe....
Mogok, boleh jadi bukan jalan keluar, atau solusi yang bisa diambil; karena buktinya harga daging sapi masih tetap tinggi. Begitu pula kiranya harga daging ayam. Itu boleh jadi juga disadari para pedagang, namun itulah barangkali satu-satunya pilihan yang mesti diambil agar pemerintah lebih fokus menata kelola kedua hal tersebut diatas.
"Pa, Andi ngga mau makan karena makanan kesukaannya, ayam goreng tak ada. Juga Wati, mau mogok makan, karena tidak ada sup daging sapi," keluh ibunya anak-anak. Belum terlalu lama, satu hari setelah para pedagang ayam pada mogok berjualan.
Wah..., mogok berjualan, mogok makan, apalagi yang akan terjadi ?!
Semoga seperti lagunya Chrisye dulu, yang ngetop ; Badai Pasti Berlalu.
Ya, kalau ini badai semoga cepat berlalu. Sehingga tidak ketar-ketir lagi, karena untuk merogoh saku lebih dalam lagi. Tidak ada lagi yang bisa dijangkau, kian dangkal, hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok alias dapur. Apalagi dengan isu yang sudah terdengar santer ; harga beras tidak mau ketinggalan dengan harga daging sapi serta ayam, ikut naik.
Jika semua naik, apalagi yang harus dipertahankan ?!
Barangkali harga diri, ya ! Betapa tidak, godaan untuk korupsi, untuk melakukan pungli kian tinggi, semata untuk menutupi kebutuhan pokok yang kian tinggi juga keinginan-keinginan yang tentu biasanya alasannya melepaskan penat serta stres menghadapi hidup yang sulit.