Mohon tunggu...
dehl
dehl Mohon Tunggu... Freelancer - broken pieces in paper and paint

Semoga hari-harimu bisa terobati lewat kata-kata yang kau tuliskan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tempat Dimana Cinta Itu Ada

4 Agustus 2020   19:26 Diperbarui: 5 Agustus 2020   06:22 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seseorang tolong bawa aku. Jauh ketempat dimana cinta itu ada. Tempat dimana tidak ada kata-kata kotor, tidak ada marah-marah dan makian. Tempat dimana tidak ada suara keras dan nada tinggi. Tempat dimana tidak ada orang-orang yang saling tuduh menuduh, saling salah menyalahkan, saling bersikukuh menguatkan pendapat siapa yang paling benar. Tempat dimana tidak ada yang saling membeda-bedakan, tempat dimana tidak ada saling mencela, siapa yang lebih baik dan siapa yang lebih buruk. Tempat dimana saling bisa menerima keadaan. 

Tolong bawa aku ketempat dimana tidak kutemui manusia-manusia yang hanya peduli pada kepentingan diri sendiri saja. Tempat dimana ketulusan itu ada, tempat dimana cinta yang nyata itu ada, tempat dimana kedamaian itu ada, tempat dimana kehangatan itu ada. 

Adakah tempat seperti itu didunia ini? 

Jika ada aku tolong bawa aku kesana.

Aku sudah tidak kuat menanggung beban mental ini. 

Akhir-akhir ini semua terasa terlalu bising, banyak yang  sudah tidak pada porsinya. Disana sini menyalahkan.

Aku sudah tidak kuat menanggung beban mental ini. Atau apakah aku yang terlalu lemah dan hatiku yang terlalu perasa. Hanya saja dari semua itu aku berusaha menguatkan diri sendiri untuk tetap bisa menjalani hari-hari dan agar tetap bisa waras dalam hidup ini. 

Aku bertanya-tanya kenapa tuhan tidak menjawab doa-doaku, ataukah hanya saja belum dijawab. 

Hmm....

Meskipun tuhan tidak memberikan beban pada makhluk ciptaannya diluar batas  kemampuan untuk menanggung beban itu sendiri, tapi rasanya ini sudah sangat berat, aku sampai lupa berapa kali aku harus menghujani pipiku dengan air mata, berapa kali aku harus menahan semua emosi-emosi, untuk tetap dapat bertahan dan menguatkan diri sendiri. 

Aku sudah terlalu banyak menghabiskan energi untuk perasaan-perasaan yang beragam ini, sedih senang, suka duka, tangis tawa, semua terjadi silih berganti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun