Tak ada kesetiaan yang melampaui waktu
Tiada catatan yang lebih candu dari ruang pun jejak semesta
Tinta biru yang dituliskan sejarah akan pudar di atas putih kertas
Waktu 'kan melahapnya bersama dosa-dosa
Sekarang, kita masih menggantung doa di kaki langit
Kita masih sujud dan memeluk harap pada bumi
Diantara kaki dian yang ditanamkan tanah ini
Tanah cendana dan harapan leluhur yang masih api
Tetua telah mati demi ilmu dan rupa bintang
Yang kini, insan berkelana untuk memeluknya
Kita telah membayar nyawa di atas tungku iblis yang gusar
Kuasa itu masih melayang dihadapan matamu, pejuang
Sebelum kita berkemas dan pergi bagai rotasi tata surya
Kita akan tunduk dan menggugurkan air mata
Di atas bebatuan dan cokelat tanah seraya berkisah
Refleksi dan berbenah menjadi titik balik kebangkitan asa
Di antara ribuan kepala dan hati yang masih berharap pada Ilahi
Dan atas nama iman yang diikrarkan untuk Tuhan kita
Kita bersulang!
Demi cinta dan masa depan
Untuk kita dan penerus estafet
Dari yang mati dan yang akan datang
Tegakkan tapak kaki dan dada
Agar mimpi kita terus membara
Mimpi paling api sepanjang hayat.
Mimpi kita masih api
Masih api!
Nonomeo, 24 Januari 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H