Oleh : Defri Noksi Sae
Kebut menjamah semak-semak ilalang
Merasuki peraduan para ratu kumbang
Pada taman tanpa belalang berkeliling
Menari bahagia si kuntum bunga bakung
Kayu jati terbelenggu rapi oleh jemari kakek
Dianyam silang di tiap sisi bersama rotan
Secangkir kopi pun menggigil tak berkutik
Meratapi nasib di siksa oleh tapak embun
Aroma dan wawangian merasuk sukma
Ku arahkan langkah pada sudut-sudut gubuk tua
Ingin kutemui kekhasan wangi baru di sana
Namun kesal meresah sejauh mata mengembara
Bersila di emperan gubuk berdinding cemara
Sendiri, sunyi tak menepi, keramaian tak tergoda
Di penghujung, ada dara melangkah penuh jaga
Akan kujaga kepergiannya tanpa kedipan mata
Tadinya di sangka seberbak dari kahyangan
Bertanya pada sunyi, ke mana bunga itu bepergian
Bisik pada taman dan semesta beribu harapan
Pastikan keselamatan si dara peluh doa dan santun
Langkahnya sopan meruntuhkan sanubari
Meluluh siisi nadi pada bumi tak berarti
Kini, gaunnya nampak menyilaukan hati
Berparas mungil, rupawan, ciptakan sensasi
Padaku dititipkan seutas cinta mengisi kesendirian
Sunyi menepi, kebut mereda, benih pun  bermekaran
Kabut pagi menyuburkan asmara pada pagi menerjang
Dari telaga ia kembali, sekuntum mawar merestui juang
So'e, 11 Â April 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI