Mohon tunggu...
Defrida
Defrida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Tulisanmu adalah bentuk semesta yang kau mimpikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alex Maramis dan Kepemimpinan Strategis di Masa Kritis

1 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 1 Maret 2024   22:30 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
djkn.kemenkeu.go.id

Alexander Andries Maramis, pahlawan nasional kelahiran Manado, 20 Juni 1897. Maramis pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Beliau menyelesaikan pendidikannya pada bidang hukum, Universitas Leiden pada tahun 1924 di Belanda.

 Masa mudanya di Belanda, diisi dengan perkuliahan di pagi hingga siang hari, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan organisasi Indische Vereeniging pada malam hari. Sepulangnya dari Belanda, Alexander Maramis bekerja sebagai pokrol di Pengadilan Negeri Hindia Belanda di Semarang dan kemudian memutuskan untuk menjadi advokat partikelir. 

Pengetahuan dan pengalamannya di bidang hukum dan organisasi pergerakan kemerdekaan, membuat Alex Maramis terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan di tanah air. Setelah kemerdekaan, Alexander Maramis kemudian ditunjuk sebagai Menteri keuangan menggantikan Samsi Sastrawidagda yang mengundurkan diri karena alasan Kesehatan. Pada fase inilah kepemimpinan Alexander Maramis sebagai pemimpin mulai diuji, harus berpikir seperti seorang radikal di masa kritis.

Oeang Republik Indonesia 

Sebagai negara yang baru saja didirikan di setelah perang Dunia II, Indonesia tak lepas dari carut marut ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi, ada dua mata uang yang beredar di antara masyarakat. mata uang Belanda dan juga mata uang Jepang, sementara uang Jepang tersebut tidak memiliki dukungan devisa sama sekali. 

Untuk segera dapat membuat pijakan awal bagi penyehatan Sistem Moneter Indonesia, Alex Maramis berinisiasi untuk mencetak mata uang Republik Indonesia, dalam catatan Erwien Kusuma keputusan Alex Maramis ini bertujuan untuk menutup kekurangan perbelanjaan dan mengendalikan jumlah uang yang beredar, mata uang republik Indonesia juga sebagai simbol kepada negara-negara di luar bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat. 

Pada tanggal 30 Oktober 1946, Oeang Republik Indonesia (ORI) yang ditandatangani oleh Alexander Maramis resmi diedarkan (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2016). Dalam Sejarah mata uang, ORI memiliki kesamaan nilai dengan continental money atau Greenbacks yang dikeluarkan oleh negara-negara koloni di Amerika Serikat pada masa perang melawan Kerajaan Inggris.

Kebijakan Opium Trade

Kondisi ekonomi semakin hancur ketika terjadi embargo besar-besaran dari Belanda kepada Indonesia. Belum bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri seperti sandang dan membayar gaji aparatur sipil dan militer, membuat pemerintah harus mengatur ulang kebijakan ekonomi. Alexander Maramis dan Muhammad Hatta justru datang dengan ide yang cukup nekat, yakni perdagangan candu. 

Dalam catatan jurnalis Rosihan Anwar, perdagangan candu ini bertujuan untuk membentuk devisa di luar negeri guna membiayai pos-pos perwakilan Republik Indonesia di luar negeri (Anwar, 2015) , tetapi dari sumber lainnya seperti arsip kementerian keuangan, tujuan dari perdagangan opium bukan sekadar untuk keperluan Indonesia di luar negeri saja. Berikut adalah kutipan penggunaan keuntungan opium trade yang ditulis oleh Alexander Maramis dalam Surat Kementerian Keuangan Yogyakarta pada 8 Maret 1948 (ANRI, Djogdja Documenten 1945-1949 no. 230) :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun