Mohon tunggu...
Defri Wicaksono
Defri Wicaksono Mohon Tunggu... -

senang berfikir lalu menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Sakitnya Tuh Di sini" Hanya Bisa Diobati Oleh Para Elit Itu Sendiri

12 Desember 2014   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:25 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketergantungan kepada kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh seseorang demi pengembangan sebuah lembaga adalah merupakan hal yang boleh-boleh saja. tapi seandainya ketergantungan itu semakin menjadi-jadi maka hal tersebut sangatlah tidak baik, apalagi lembaga itu dihuni oleh banyak orang-orang yang juga mempunyai kemampuan dan potensi masing-masing. Bukankah semua orang yang berada dalam lembaga tersebut mempunyai kewajiban membangun dan memajukan lembaga itu untuk masa yang akan datang? namun yang jadi persoalan di sini adalah ketika para elit lembaga tidak secara terang menjelaskan tentang proyek lembaga itu milik siapa? lalu siapa yang berhak mengelola secara mutlak?

Jika ide pengembangan hanya dipegang oleh satu orang, seharusnya para elit menyatakan kepada semua orang yang berada dalam lembaga tersebut sehingga semuanya bisa paham dan mengabil peran lain dalam memajukan lembaga itu. Namun juga jangan memunculkan istilah "anak emas" dengan tidak adanya evaluasi terhadap kinerja dan teguran-teguran atas kesalahan yang telah dilakukannya. Atau jangan-jangan para elit takut menegur karena kalo "anak emas"mereka merajuk dan tidak mau beraktivitas maka siapa lagi yang bisa melanjutkan lembaga tersebut.

terbuka saja terhadap semuanya, karena dengan sikap terbuka akan lebih bisa menciptakan rasa kebersamaan dan sinergis dalam gerak langkah. Masing-masing bisa mengambil peran lain, tidak perlu ikut mengawasi kerjaan anggota yang lain, kalau ada anggota yang tidak sesuai dengan keputusan para elit maka itu akan memudahkannya mengambil sikap untuk tetap bergabung atau mencari aktivitas lain di luar lembaga. Bertahan dalam sebuah lembaga namun harus manahan rasa "kesal/kecewa/haru/" itu pastilah "SAKITNYA TUH DI SINI".

Rasa yang terpendam akan menjadikannya sebuah "bom waktu" yang suatu saat akan meledak dan menghancurkan sebahagian dari "bangunan kebersaman" yang selama ini menjadi "asrama". bagaimana jika bom waktu itu ternyata ada banyak, apa yang akan terjadi? jawabannya ada pada cara elit bersikap.
Wallahu A'lam Bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun