Membangun sikap anti radikalisme pada siswa dalam peran pendidikan kewarganegaraan
Oleh: Defi Nurul Hidayah
Nim:243110001499
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Â
Pendahuluan
Radikalisasi generasi ini adalah salah satu ancaman terbesar dan paling rumit yang harus dihadapi oleh negara mana pun. Indonesia telah lama berjuang dengan masalah tersebut; sampai kini, tidak ada negara yang tidak menemukan radikalisasi seorang siswa. Setiap orang tahu bahwa pencarian jati diri saat remaja berjalan, sehingga lebih mudah bagi remaja untuk membuat sensasi. Namun, di bawah pengaruh faktor-faktor tersebut seperti ketidakpuasan sosial, pendidikan orang dewasa, faktor kinerja pada lingkungan, dan persyaratannya untuk gagasan egosentroid dari nasionalisme atau "ras" nasional, ganjal gelisah dan bertumpu pada dasar. di sinilah kebutuhan pembelajaran kewarganegaraan sebagai alat pembelajaran menggunakan Kurikulum Merdeka
Pembahasan
Menjauhkan remaja dari pandangan-pandangan ekstrem sangatlah penting karena hal ini berisiko merusak koherensi dan perdamaian komunal. Â Radikalisme dapat memecah belah masyarakat dengan menumbuhkan faksi-faksi yang saling bertentangan dan menimbulkan kebencian yang mengganggu kerukunan antar agama dan budaya. Â Selain itu, banyaknya insiden teror yang bermula dari keyakinan ekstrem, membuat generasi muda berpotensi terlibat dalam tindakan agresif yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain. Â Oleh karena itu, penting bagi kaum muda untuk menyaring konten dan memahami situasi di balik apa yang muncul di platform sosial, yang sering kali dieksploitasi oleh ekstremis untuk menyebarkan keyakinan mereka.
Dalam pengembangan pemikiran generasi muda, unit keluarga dan institusi pendidikan memainkan peran utama dalam memperkuat kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan mental dan ideologi. Mengajarkan pemahaman, kebaikan, dan rasa hormat terhadap budaya dapat menghentikan orang mengembangkan keyakinan ekstrem. Â Selain itu, daerah harus terlibat secara aktif dalam mengatasi ekstremisme di wilayahnya, dan pada saat yang sama pemerintah juga harus melaksanakan kursus dan inisiatif yang menekankan pada toleransi beragama dan prinsip-prinsip 'Pancasila'. Dengan melibatkan generasi muda, kita dapat membantu menciptakan dunia yang penuh hormat dan semua orang dapat rukun.
Pembelajaran Kebangsaan (PKn) berperan penting dalam memerangi radikalisme di kalangan remaja. PKn membantu anak-anak mempelajari pokok-pokok Pancasila, apa itu hak asasi manusia, dan bagaimana demokrasi bekerja. 'Dengan memahami prinsip-prinsip ini, generasi muda diharapkan dapat menumbuhkan sentimen penerimaan, rasa hormat satu sama lain, dan penghargaan terhadap keberagaman. Memahami etos ini, demografi generasi muda dapat menumbuhkan sikap inklusif, pengakuan terhadap orang lain, dan penghormatan terhadap keberagaman. Menanamkan ajaran skolastik yang menyoroti pentingnya persatuan di antara agama dan budaya yang berbeda akan mendorong generasi muda untuk memandang keberagaman sebagai sebuah keuntungan. , bukan sebagai ancaman.