Mohon tunggu...
Defi Laila Fazr
Defi Laila Fazr Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Penikmat Lukisan Tuhan Stadium Akut http://gembolransel.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sepetak Surga di Pulau Jawa

13 Agustus 2012   19:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan lebat yang menyambut kedatangan kami tatkala tiba di Wonosobo tak menyurutkan langkah saya untuk segera menjumpai Dieng Plateau, menamatkan rasa penasaran yang telah sekian lama tersimpan. Ahh., traveler mana yang tidak penasaran dengan Dieng Plateau?! Dataran tinggi yang kaya akan pesona alam dan budaya ini terlalu menggoda untuk tidak dijamah.

Wonosobo merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi. Bak anomali cuaca karena sepanjang perjalanan Purwokerto – Purbalingga – Banjarnegara cuacanya sangat cerah. Meskipun tak lama hujan kemudian mereda, berganti kabut tipis yang turun perlahan, lalu memekat dengan cepat. Membuat jarak pandang menjadi demikian dekat. Jalan raya menjadi sedikit berbahaya bagi pengendara. Mengingat keberadaan jurang di salah satu sisi jalan, membuat sepanjang jalan saya menjadi deg-degan. Jalan yang licin dan udara yang semakin dingin turut menambah kecemasan. Mas Bayu yang mulai menggigil membuat saya khawatir, takut hilang keseimbangan, secara waktu itu kami berkendara dengan roda dua.

Inilah nikmatnya mencumbui alam tanpa sekat: berkendara dengan roda dua. Hampir tak ada sensasi yang terlewat. Gemetar menyibak tirai kabut nan lembut namun tak jarang membuat surut. Gigil memeluk dingin yang menggigit, hingga gigi gemeletuk. Pasrah pada hujan yang mengerat debu nan melekat, melarungkan jauh-jauh segala penat. Lalu terlena dibuai lembutnya angin hingga tak sadar sekonyong-konyong limbung dibuatnya. Sensasi yang belum tentu bisa dinikmati bila berkendara dengan kotak sabun

;)
;)

Tuhan menciptakan Dieng dengan tersenyum. Sepertinya itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kemolekan dataran tinggi ini. Bak sepetak kecil tanah surga yang tercecer di dunia.  Kesuburan tanahnya yang dibalut dengan seni dalam bertani membuat berada di Dieng berasa di negeri dongeng. Lahan bertaninya dilukis dengan tanaman berjenis dan tinggi yang sama sehingga membentuk hijau yang harmonis. Bersyukur saya masih sempat merekam semua keindahan ini dalam kepala sebelum kabut pekat menyembunyikan pesonanya. Tak salah bila dataran tinggi ini bernama Dieng. Negeri khayangan tempat bersemayamnya para dewa, kira-kira begitulah arti dari namanya.

***

Note:

Versi lengkap tulisan ini dapat dibaca di buku Jelajah Negeri Sendiri

13888039511343546860
13888039511343546860

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun