Mohon tunggu...
Deffy Ruspiyandy
Deffy Ruspiyandy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memilih Capres Jangan Seperti Membeli Kucing Dalam Karung

9 Januari 2024   07:42 Diperbarui: 9 Januari 2024   07:52 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Banyak hal yang sesungguhnya yang dapat dipetik dari debat capres ketiga yang digelar minggu lalu. Pada intinya ketiganya merupakan sosok orang-orang terpilih yang diberi kesempatan untuk memimpin negeri ini. Berbicara tentang sosok yang mana yang pantas memimpin negeri, semuanya pun pantas karena jika berbicara tentang kelebihan dan kekurangan ketiganya tetaplah memiliki keduanya. Hanya saja nantinya akan tergantung kepada pemilih yang menentukan dan pada akhirnya pemenangnya sesuai ketentuan Tuhan.

Sebenarnya banyak hal yang bisa menjadi pertimbangan untuk memilih siapa diantara ketiganya. Apakah itu Anies Baswedan, Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo. Kalau memandang dari sudut rasa suka tentu pemilih sebenarnya sudah memiliki plilihannya sendiri. Namun demikian jika mesti ada panduan tersendiri untuk memilih pemimpin yang layak memimpin negeri ini adalah dengan melihat dari berbagai aspek tertentu yang bisa dipelajari sebelum memilih pemimpin yang dimaksud.

Secara ideal pemilih memang mesti memiliki pengetahuan yang cukup jika dituntut memilih pemimpin yang layak memimpin negeri ini. Artinya pemilih dituntut belajar meneliti dengan pengetahuan yang dimiliki terhadap calon yang hendak dipilihnya. Tetapi kebanyakan rakyat Indonesia untuk melakukan hal ini barangkali akan dikatakan berat karena ada tuntutan mempelajari sosok sama artinya belajar lagi di dalam menilai sesuatu. Benar hal ini idak mudah tetapi memberikan arahan tidak ada salahnya walaupun pada saatnya akan kembali kepada pemilih itu sendiri dan sesungguhnya hal ini pun sebenarnya berlaku pula di saat memilih calon legislatif baik tingkat Kota/Kabupaten. Propinsi, DPR RI dan juga memilih anggota DPD.

Ada beberapa hal sesungguhnya yang bisa menjadi barometer untuk memilih calon presiden tersebut yang tentunya bisa menjadi panduan untuk menentukan pilihan yang dimaksud. Hal ini mudah-mudahan bisa menjadi bekal bagi pemilih dan juga diharapkan bisa menjadi pedidikan politik bagi pemilih sehingga saat memilih pada pemilu 2024 itu tidak asal melainkan memilih melalui penelitian dan pemahaman yang tidak asal pilih.

Pertama, dari tiga capres yang ada pemilih sebenarnya bisa memulai dengan menelisik dari keturunan siapa calon presiden itu berasal. Tentu ini mesti menggali dari sumber yang ada. Inilah pembelajaran yang semestinya dilakukan pemilih jika memang ingin mendapatkan pilihan yang ideal sesuai harapan.

Kedua, rekam jejak prestasi yang telah diraih capres. Prestasi adalah salah satu yang bisa menjadi penilaian pemilih untuk menentukan pilihannya. Tentu saja hal ini hanya bisa didapatkan dengan jejak digital yang ada. Sehingga dari ukuran ini akan terlihat jelas siapa yang sebenarnya unggul dari raihan prestasi yang telah didapatkannya. Siapa yang banyak meraih prestasi ? Tentu ini bisa menjadi salah satu alasan ketika saatnya menentukan pilihan.

Ketiga, menilai dari debat yang dilaksanakan. Memang jika jeli dalam paparan, gestur tubuh, sikap,ketenangan saat berdebat dan kemampuan dalam beragumen  bisa menjadi penilaian tersendiri. Tetapi sekali lagi ini sifatnya rasional maka akan berbeda jika pemilih itu sendiri sudah menetapkan pilihannya. Karena apapun kondisi yang dimaksud tetap takkan pernah menggoyahkan pilihannya. Debat yang digelar KPU sendiri   adalah ruang kampanye semua capres secara personal untuk dinilai khalayak luas untuk menentukan pilihannya.

Keempat, juga yang bisa menjadi penlaian pemilih adalah capres sendiri terlilit masalah atau tidak. Ini terkait dengan penilaian yang sifatnya subyektif karena mengarah kepada sesuatu yang dilihat dari segi kelemahannya. Bukan untuk menjatuhkan tetapi untuk bisa menilai secara utuh agar saat menentukan pilihan tidak salah. Mungkin yang tidak banyak masalah bisa mungkin menjadi skala prioritas untuk dipilih dan itu semua menjadi hak pemilih.  

Semua ini memang disampaikan sedikitnya memberi sumbangsih kepada pemilih agar memilih capres itu tak boleh sembarangan. Artinya saat memilih itu mesti didasari oleh alasan yang logis. Hal ini hanya sekedar memberi wawasan dan pengetahuan agar pemilih tidak blank sama sekali saat menentukan pilihan sebab jika memilih pemimpin yang layak maka artinya akan membuat negeri ini semakin maju dan apa yang menjadi harapannya diharapkan dapat terwujud di kemudian hari.

Sekali lagi sekitar satu bulan lagi pemilu akan digelar maka mumpung masih ada waktu untuk berpikir maka pertimbangkan sebaik mungkin capres mana yang akan dipilih. Semua kembali kepada pemilih dan semoga saja pemilih tidak salah pilih setelah ada panduan ini. Selamat bertemu pada tanggal 14 februari 2024. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun