Mohon tunggu...
defen surya w
defen surya w Mohon Tunggu... Pramusaji - engenering

saya suka mempelajari hal baru yang saya sukai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manfaat dan Tantangan Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Tanah Air

17 Oktober 2024   23:55 Diperbarui: 18 Oktober 2024   00:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah salah satu sumber energi listrik yang ramah lingkungan karena memanfaatkan kekuatan air untuk menghasilkan listrik. Sistem kerja PLTA relatif sederhana: air yang mengalir, misalnya dari sungai, danau, atau waduk, dimanfaatkan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator. Energi mekanik dari putaran turbin tersebut kemudian diubah menjadi energi listrik.

Indonesia memiliki potensi sungai yang sangat besar, yang memungkinkan untuk pengembangan PLTA. Menurut data, potensi energi listrik bersih yang dapat dihasilkan dari sungai-sungai di Indonesia mencapai 75 gigawatt (GW), atau setara dengan 75.000 megawatt (MW). Saat ini, daya terpasang baru mencapai sekitar 61.000 MW. Artinya, potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, sehingga pemerintah terus mendorong pembangunan PLTA.

PLTA saat ini menyumbang sekitar 23% dari total kapasitas pembangkit listrik nasional. Beberapa PLTA yang telah beroperasi, antara lain PLTA Jatiluhur di Purwakarta, PLTA Saguling di Jawa Barat, PLTA Cirata di Jawa Barat, PLTA Bayah di Jawa Barat, dan PLTA Sidohonggo di Yogyakarta. Pemerintah juga sedang membangun PLTA baru, seperti PLTA Karian di Bengkulu, PLTA Tapin di Kalimantan Selatan, dan PLTA Pemalang di Jawa Tengah. Target pemerintah adalah meningkatkan kontribusi PLTA menjadi 30% dari total kapasitas pembangkit listrik nasional pada tahun 2025.

Keunggulan PLTA dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya cukup signifikan. Pertama, PLTA ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, berbeda dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Energi listrik dihasilkan dari aliran air tanpa melalui proses pembakaran. Kedua, PLTA memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan, yaitu air. Di Indonesia, dengan iklim hujan yang relatif stabil sepanjang tahun, ketersediaan air untuk PLTA lebih terjamin. Ketiga, biaya operasional PLTA relatif rendah. Setelah selesai dibangun, PLTA tidak memerlukan bahan bakar, sehingga biaya operasinya lebih murah. Terakhir, PLTA menghasilkan energi bersih, yang tidak mencemari lingkungan baik melalui udara maupun limbah berbahaya.

Namun demikian, PLTA juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, PLTA sangat bergantung pada musim hujan. Saat musim kemarau atau terjadi fenomena seperti El-Nino, produksi listrik bisa menurun karena aliran air yang berkurang. Kedua, PLTA membutuhkan lahan yang luas untuk membangun bendungan, waduk, dan saluran air. Hal ini bisa mengganggu ekosistem lokal dan memerlukan pengadaan lahan tambahan. Ketiga, biaya pembangunan awal PLTA sangat tinggi. Infrastruktur pendukung seperti bendungan dan generator memerlukan investasi besar dan proses pembangunan jangka panjang. Keempat, potensi longsoran tanah bisa terjadi jika pengelolaan lahan tidak dilakukan dengan baik. Waduk yang besar berisiko menyebabkan pergeseran tanah jika tidak dikaji dengan matang. Kelima, PLTA juga rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau longsor, yang dapat merusak infrastruktur penting dan menghentikan produksi listrik.

Meskipun demikian, manfaat PLTA sebagai sumber energi ramah lingkungan dan berkelanjutan tetap menjadi faktor utama. Pemerintah terus berupaya meningkatkan pembangunan PLTA di berbagai wilayah dengan mempertimbangkan faktor teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang matang diharapkan dapat meminimalkan risiko gangguan atau kegagalan operasional.

Dengan memanfaatkan potensi energi air secara optimal, kontribusi PLTA terhadap pasokan listrik nasional diharapkan terus meningkat. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan, pembangunan PLTA di daerah terpencil juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di sekitar proyek. PLTA adalah salah satu solusi yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan, yang semakin mendesak di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun