Koalisi kekeluargaan patut berterimakasih pada Megawati karena mendukung Ahok-Djarot sebagai jagoannya. Paslon yang relatif mudah dikalahkan, sehingga ga perlu strategi mutakhir segala. Beda kalau PDIP mengusung Risma.
Karena Ahok-Djarot ga ada hebatnya, maka diprediksi akan ada dua poros koalisi yang terbentuk dari Koalisi Kekeluargaan. Bertarung di putaran pertama Pilkada DKI, dan saling mendukung di putaran kedua.
Bukan tanpa sebab hal ini terjadi. Kader-kader partai Gerindra banyak yang masuk angin, dengan keukeuh mencagubkan Sandiaga Uno meski kapasitas idealnya cuma sebagai wagub. Maklumlah kader Gerindra tersandera oleh KPK dan BIN terkait kasus M. Sanusi. Pokoknya jangan terlalu percaya pada M. Taufik.Â
PKS sebagai sekutu terdekat Gerindra pun, tak bisa bermain politik yang apik. Malah terkesan memperkeruh suasana saja.Â
Dua partai ini idealnya berkoalisi sendiri, mengusung Sandiaga dan entah siapa wakil gubernurnya.
Harapan publik sebenarnya tertuju pada koalisi alternatif yang akan dibentuk SBY. Kedekatannya dengan PPP, PKB, PAN bisa menghadirkan calon potensial pemenang pilkada DKI.Â
Pokoknya percayakan saja pada survey yang kredibel. Kalau Anies Baswedan lah sosok yang dapat menumbangkan Ahok.Â
Kalau koalisi alternatif ini tak bisa menarik dukungan Gerindra dan PKS. Maka suara gabungan Parpol yang tersisa, cukup untuk mengusung Anies-Yoyok sebagai pemimpin baru di Jakarta 2017 nanti.
Yang patut diwaspadai adalah kecurangan sistematis yang melibatkan KPK, Kepolisian, Kejaksaan dan BIN. Dengan modus operandi seperti pada Pilpres kemarin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H