Mohon tunggu...
Dede Suryana
Dede Suryana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lelaki, Muslim, Memiliki Istri (Thya Larasaty) dan 1 Anak Perempuan (Tsabyta Shyfwa)

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertanian Berbasis Digital?: Tani Timul Daki? Nggak Lagi. Dagang Timul Hutang? Siapa Bilang?

6 September 2014   17:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:27 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Banyak pihak yang beranggapan bahwa yang terpenting dalam sektor pertanian adalah masalah teknis, yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas hasil panen. Padahal ada banyak aspek dalam pertanian yang juga penting dan perlu mendapat perhatian serius. Salah satu aspek itu dalah pembiayaan usahatani.

Di indonesia, aspek pembiayaan usahatani ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan lembaga keuangan formal. Penyebab mendasar adalah tidak adanya jaminan harga dan jaminan pembelian komoditas pertanian. Hal ini memaksa petani, terutama yang memiliki luas lahan sempit (skala kecil) “berjudi” dengan usahataninya, seperti pepatah sunda berkata “tani timul daki, dagang timbul hutang”. Artinya tidak ada (vallue added) atau nilai tambah dari usatani yang dilakukannya. Setiap saat petani harus siap merugi. Bisa karena serangan hama penyakit, harga komoditas pertanian yang jatuh di pasaran, atau tidak terserap pasar karena kualitas buruk.

Lewat SAPA, kami coba merintis jalan untuk keluar dari masalah di atas. Lewat Lembaga Keuangan Mikro SAPA Indonesia Prioritas kami memberikan pembiayaan usahatani dengan bunga 0%, lewat sistem “tepat guna dan tepat waktu”. LKM ini tidak menyalurkan uang sebaimana LKM pada umumnya, tidak juga menyalurkan barang-barang konsumtif, tetapi LKM SAPA Indonesia Prioritas menyalurkan pembiayaan usahatani dalam bentuk produk “tepat guna dan tepat waktu”. Saat petani membutuhkan pupuk, maka pupuk yang kami salurkan, saat petani membutuhkan benih, maka benih yang kami salurkan.

Dengan sistem seperti ini, kami yakin tidak akan ada penyalahgunaan pembiayaan, yang tadinya anggaran produktif menjadi anggaran konsumtif. Kelebihan lain dari LKM ini, setiap petani yang menjadi anggota akan mendapat pendamping profesional, yang berfungsi memonitor secara manual dan digital usahatani yang dilakukannya.

Pendamping dibekali handphone android yang didalamnya terdapat sofware pendamping, sofware tersebut mampu menditeksi kapan jadwal tanam, jadwal pupuk, jadwal penanggulangan hama, dan jadwal panen yang secara otomatis terkoneksi ke server LKM dan langsung dimuat dalam papan digital. Informasi yang ada dalam papan digital itu bisa diakses oleh siapapun. Baik itu Pemerintah, Swasta, termasuk petani itu sendiri. Informatif, Transparan dan Akuntabel.

So, sektor pertanian berbasis DIGITAL ? Kenapa Tidak ?. Kami sudah dan sedang melakukannya. “Tani timul daki ?, Nggak Lagi. Dagang timul hutang ?, Siapa bilang ?”.

Oleh : Dede Suryana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun