Mohon tunggu...
Achmat Amar Fatoni
Achmat Amar Fatoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Why so Serious?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Seberapa Tinggi Kita Bisa Mendirikan Bangunan?

10 Januari 2025   09:54 Diperbarui: 10 Januari 2025   09:54 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gedung pencakar langit (bbci.co.uk)

Setiap tahun, kita menyaksikan rekor baru gedung tertinggi dunia yang terus dipecahkan. Namun, pertanyaan menarik muncul: apakah ada batas maksimal ketinggian yang bisa dicapai dalam konstruksi gedung pencakar langit? Menurut perhitungan para ahli, gedung tertinggi yang mungkin dibangun secara teoretis bisa mencapai satu meter lebih tinggi dari Gunung Everest. Meski begitu, bentuknya akan sangat berbeda dari gedung pencakar langit yang kita bayangkan, mengingat berbagai tantangan teknis yang harus dihadapi.

Tantangan Utama dalam Pembangunan Gedung Super Tinggi

Faktor angin menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan gedung pencakar langit. Hembusan angin yang terasa sepoi-sepoi di permukaan tanah dapat berubah menjadi tekanan yang luar biasa kuat di ketinggian. Mirip seperti pohon tinggi yang bergoyang tertiup angin kencang, gedung super tinggi harus mampu menghadapi gaya angin yang ekstrem. Hal ini mengharuskan pembangunan fondasi dan struktur inti yang sangat kokoh untuk menjaga stabilitas gedung.

Sistem transportasi vertikal menjadi tantangan berikutnya. Elevator merupakan komponen vital - tangga jelas bukan pilihan praktis untuk gedung 150 lantai. Namun, teknologi kabel elevator saat ini memiliki keterbatasan: hanya mampu mengangkat beban hingga ketinggian maksimal 600 meter. Melampaui batas ini, kabel elevator berisiko putus akibat beratnya sendiri. Inovasi dalam sistem elevator menjadi kunci untuk membangun gedung yang lebih tinggi.

Berat bangunan sendiri menjadi kendala signifikan. Penambahan ketinggian tidak bisa dilakukan sembarangan karena struktur gedung bisa runtuh oleh beratnya sendiri. Diperlukan material konstruksi yang jauh lebih ringan namun tetap kokoh untuk mewujudkan gedung yang lebih tinggi.

Aspek Ekonomi dan Visi Masa Depan

Biaya menjadi faktor penentu lainnya. Sebagai contoh, Burj Khalifa di Dubai menelan biaya konstruksi US$ 1,5 miliar - setara dengan harga 5.000 unit mobil Lamborghini. Meskipun demikian, ambisi manusia untuk membangun lebih tinggi tidak pernah surut. Kingdom Tower di Arab Saudi sedang dalam pembangunan dan akan menjadi gedung pertama yang mencapai ketinggian satu kilometer.

Menatap masa depan, konsep elevator luar angkasa (space elevator) mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, studi ilmiah menunjukkan bahwa teknologi masa depan mungkin dapat mewujudkannya. Jika berhasil dibangun, elevator luar angkasa akan menjadi struktur tertinggi yang pernah dibuat manusia.

Perkembangan teknologi konstruksi terus mendorong batas kemampuan manusia dalam membangun struktur yang lebih tinggi. Meski terdapat berbagai tantangan teknis dan ekonomi, inovasi berkelanjutan dalam material, teknik konstruksi, dan sistem transportasi vertikal akan terus membuka kemungkinan baru dalam arsitektur pencakar langit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun