Mohon tunggu...
Dewi eF
Dewi eF Mohon Tunggu... Pelajar/mahasiswi -

hanya seorang mahasiswa yang ingin berbagi sedikit yang ia dapat dari bangku kuliah hari ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengarahkan Sosial dan Karakter Anak Melalui Fashion

13 Februari 2017   00:21 Diperbarui: 13 Februari 2017   00:56 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fashion adalah sesuatu yang identik dengan perempuan, keindahan, urusan tata menata, dan model atau gaya, perempuan memang ahli dalam bidangnya. Namun tidak sedikit pula laki laki kece berpomade yang juga pandai dalam urusan ini. Pernah saya mendengar quote dari sebuah serial drama korea (drakor) yang waktu itu banyak digandrungi remaja putri berdarah asia termasuk juga saya, yang salah satu tokohnya mengatakan bahwa sepatu yang baik akan membawa kita pada tempat yang baik, dan pakaian yang baik akan memberikan kita kedudukan yang baik pula. 

Quote itu sangat melekat pada pikiran saya, sampai sampai mulai saat itu ketika moment paling membahagiakan bagi seorang pelajar tiba, yakni beli sepatu baru, saya sudah tidak lagi mau beli sepatu murah nyaman ala pasar yang sering saya minta kala saat menyenangkan itu datang. 

Ah, betapa nurut nya saya waktu itu sama drakor, namun yang paling menggambarkan jiwa ABG saya waktu itu adalah diam diam saya ingin coba coba lepas jilbab sepulang sekolah dan bermain diluar seperti teman teman saya, padahal pada usia saya waktu itu orang tua sudah memberikan nasihat tentang aurat anak perempuan yang sudah baligh. Tapi memang jiwa explorer dan suka coba coba tidak lepas dari remaja dan anak anak.

Pernah pula saya menemukan buku parenting ala Rosulullah yang membahas beberapa aspek dalam pola pengasuhan, dan salah satu aspek nya adalah sosial emosional. Penulis mengatakan bahwa orang tua hendaknya mengarahkan cara berpakaian anak, sebab dari cara berpakain itu pula akan terbentuk karakter anak. seorang anak yang suka berpakaian baik, sopan, rapi, dan bersih maka akan terbentuk cara hidup pada dirinya yang juga demikian. Logikanya jika seseorang bersepatu kinclong, dan bagus maka ia akan enggan menginjak tempat kotor apalagi sepatu baru dan branded yang cucok baday, hehehe. 

Gaya berpakaian seseorang cenderung menjadi penilaian awal yang dilihat orang lain, seseorang dapat terlihat smart ataupun tidak, juga dilihat dari cara berbusananya. Namun hal berpakaian ini tidak langsung semerta merta terjadi tanpa adanya campur tangan lingkungan dan keluarga, banyak anak anak yang kita lihat dijalan lagi "jualan" paha dan ketiak padahal agama nya tidak mengajarkan demikian, apalagi orang tuanya. Jika dilihat dari setatusnya, artis bukan, model juga bukan, tapi bukan berarti label artis dan model sah dalam segala hal. 

Yang pasti jika kita amati kembali fenomena "jualan" yang umum di era moderen ini, anak anak yang demikian maka teman teman sekelilingnya juga demikian, tapi kasus ini masih kalah gawat jika dibandingkan dengan anak yang sudah tertata rapi dan dirusak oleh teman temanya yang "jualan", sehingga ikut ikutan "jualan". Ini mengingatkan kita pada kasus Awkarin, yang banyak orang menyebut sebagai kegagalan pendidikan karakter.

Sebenarnya sah sah saja seseorang beragama islam pada KTP nya tidak berpakaian layaknya muslim, karena ini memang Indonesia bukan Saudi Arabia. Tapi juga perlu disadari (sekali lagi) ini Indonesia bukan Amerika atau Inggris. Setidaknya jika muslim namun belum sanggup menutup aurat secara sempurna maka setidaknya berpakaianlah yang sopan, jelas ini bukan untuk anak anak, karena mereka tidak akan memahami tulisan ini. 

Jika orang tua mengarahkan anak untuk berpakaian sopan, rapi, dan bersih dengan harapan akan menjadi suatu kebiasaan dalam berpakaian hingga dewasa maka latihan mulai usia dini sangat diperlukan, kebiasaan berpakain yang baik ini di imbangi dengan pengarahan bersosial, seperti pengetahuan tentang begaul, komunikasi, dan cara bersikap yang baik. Kebanyakan anak anak yang sedari awal tidak diperhatikan cara berpakainya maka akan terbawa hingga dewasa, dan hal ini akan berdampak pada pemilihan teman, cara bersikap, hingga sampai akhirnya berdampak pula pada tempat tempat yang akan ia datangi. catatan, seseorang yang konsisten dengan jilbab maka ia akan malu ketika akan menanggalkanya, dan di club malam tidak ada sejarah perempuan berhijab kecuali lagi cari suaminya, hihihihi.

Bukan masalah besar jika seorang ibu muslim tidak berhijab, asalkan tidak membiasakan anak nya memakai hotpants atau rok mini atau jins sobek sobek demi memenuhi tren fashion masa kini, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan s ianak saat remaja, dan berujung pada teman yang buruk yang mempengaruhi sikap dan karakternya. memang kadang terasa mudah menulis dan berkomentar dimedsos, mengeluarkan opini dan menjudge orang lain, namun hanya orang bijak yang mampu menyikapinya dengan kebijakan pula. semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun