Kira-kira 3 minggu yang lalu saya pernah memposting di Kompasiana bahwa akhirnya kami memiliki kepala sekolah baru.
SMK Negeri 2 Cimahi Akhirnya Memiliki Kepala Sekolah
Bapak Apip Saepul Bahri, S.P.d.,M.M, selama kurang lebih 3 minggu banyak yang sudah kami rasakan pada perubahan iklim di sekolah. Yang semula kami santai karena tidak memiliki kepala sekolah yang membimbing, dengan kehadiran Bapak Apip yang tadinya iklim santai berubah menjadi iklim kerja kembali. Beliau selalu datang paling pagi, jalan-jalan ke sekitar sekolah, memasuki beberapa jurusan dan kelas untuk menyapa.
Yang dulu kami merasa tidak ada yang memperhatikan dan peduli, dengan kehadiran beliau kami mulai merasa diperhatikan, dan dipedulikan. Beliau tidak pernah menyuruh kami melakukan sesuatu, tetapi beliau mencontohkan kepada kami, sehingga kami malu jika tidak mengikuti beliau, salah satu contoh yang mudah adalah berangkat lebih pagi.
Ada beberapa teman yang mengatakan bahwa beliau pernah berkata yang namanya salah bukan kita yang tau, tapi orang lain yang lihat. Ini juga menohok di dalam hati kami. Selama ini banyak dari kita mencari salah orang lain, tapi lupa memperbaiki diri. Sebelum kita sendiri dibicarakan buruk oleh orang lain, ada baiknya memperbaiki diri sendiri tanpa membicarakan keburukan orang lain.
Ada beberapa hal juga yang diutarakan teman-teman mengenai ucapan beliau, yaitu bagaimana siswa bisa tertib jika gurunya tidak tertib. Sekali lagi bahwa perbaikan diri bukanlah dari memperbaiki perilaku orang lain, tapi perbaiki dari diri kita terlebih dahulu.
Sungguh semua yang baik baru sedikit sekali kami dapatkan dari beliau, dan tiba-tiba kehadiran beiau direnggut lagi dari SMKN 2 Cimahi. Kami kembali lagi tidak memiliki Kepala Sekolah.
Bapak Apip Saepul Bahri, S.P.d.,M.M telah dipindahkan tugas kembali ke Garut sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Cabang Pendidikan Wilayan XI Dinas Pendidikan.
Pada hari Jumat, 24 Oktober 2023 kami melakukan "Paturey Tineung" atau dalam bahasa indonesia disebut "Perpisahan". Sungguh sedih karena ada beberapa teman yang menyeletuk, kami serasa di anak tirikan. Belum lama merasakan kondisi yang kondusif, tiba-tiba harus kembali lagi pada kondisi tanpa pimpinan.
Kegiatan sudah mengantri untuk akhir tahun ajaran, dari Uji Kompetensi, Ujian Sekolah, Penilaian Akhir Tahun, Pembagian Ijazah, sampai ke penggajian semua membutuhkan legalitas dari Kepala Sekolah. Rasa bingung dan hilang tenaga seakan-akan terasa di sekitar kami. Kami akan memulai lagi hari-hari tanpa Kepala Sekolah Permanen yang akan siap siaga membimbing dan memberi keputusan untuk kami.