Mohon tunggu...
Ahmad Defriandi
Ahmad Defriandi Mohon Tunggu... -

books, literature, journals, think, write, connecting, quick, laughter, love.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalau negara terus bergolak sepanjang masa yang susah siapa ?

19 Maret 2011   13:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata itu saya dengar beberapa hari yang lalu ketika saya nonton sebuah wawancara eksklusif metro tv dengan mantan perdana menteri Malaysia Bpk. Mahatir Mohammad, saya sama sekali tidak tahu apa-apa tentang beliau, beliau dicap diktator seperti temannya yang juga favorit saya Pak Harto mantan presiden kita, setahu saya mereka sama-sama memimpin negara rumpun melayu pada periode yang kurang lebih bersamaan dan sama-sama baru bangkit dari masa penjajahan juga sama-sama lama, Pak Harto 32 tahun memimpin Indonesia dan Bpk. Mahatir memimpin Malaysia selama 22 tahun.

Di mata saya pribadi justru mereka lebih becus menahkodai negaranya walau dengan kesan kediktatoran tersebut, namun begitu saya tidak memandang mereka sebagai diktator, diktator di mata saya adalah yang seperti Hitler dan ambisinya untuk menaklukkan seluruh eropa, buku berjudul inside the death camp karya stephane downing sungguh berisi cerita-cerita mengenaskan tentang pengalaman anak-anak tidak berdosa (mereka begitu kecil dan lugu untuk mengalami semua itu) keturunan yahudi dimasa itu dan diceritakan kembali oleh mereka yang berhasil mehindari nazi saat itu juga mereka yang sudah terlanjur berada pada kamp konsentrasi nazi namun berhasil selamat karena tetap bertahan hidup pada waktu nazi dihancurkan, saya tidak pro Israel dan sangat mendukung PLO bagi negara Palestina yang berdaulat (walau hanya sebatas simpatisan saja hehehe) hanya saja saya melihat mereka sebagai anak manusia ciptaan Tuhan yang memiliki kecemasan dan keinginan yang sama seperti saya dan tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh siapa dan di bawah bangsa apa.

Kembali ke topik di atas, mereka berdua dicap diktator sejauh yang saya tahu salah satunya karena mereka menekan kebebasan bersuara, memang dimasa itu berpendapat tidak seenak sekarang ini meskipun undang-undang dasar kita dari dulu sebenarnya menjamin bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul dijamin oleh negara, dan sekarang ini membungkam informasi hampir bisa dikatakan mustahil apalagi terdapat media seperti internet yang dapat dengan mudah menyebarkan informasi ke seluruh penjuru dunia dalam hitungan menit bahkan barangkali detik. Tapi yang saya lihat saat ini kebebasan berbicara ini seolah menjadi tidak terkendali bahkan gak mengindahkan nilai kepantasan sama sekali.

Sore hari sekitar tiga minggu yang lalu ketika pulang kerja, perjalan pulang saya sedikit terhambat karena lalu lintas yang padat (padat manusia bukan kendaraan hehehe), saya lihat diluar jendela ada demonstrasi mahasiswa (kebetulan semasa jadi mahasiswa saya tidak pernah ikut demo apapun) karena lokasi sudah tidak terlalu jauh lagi dari rumah dan dorongan rasa ingin tahu maka saya putuskan turun untuk melihat langsung apa-apa yang disuarakan teman-teman mahasiswa itu.

Seperti yang sudah saya duga sebelumnya isu yang mereka angkat adalah topik-topik saat ini juga seperti BBM naik, Sembako naik, Ongkos naik, korupsi dimana-mana dan banyak hal lagi yang mereka suarakan dengan sekali-kali memaki sambil bawa-bawa nama (maaf) anjing dan sejenisnya. Dan disaksikan oleh banyak orang termasuk saya yang tentu saja interpretasi didiri masing-masing penonton demo tersebut berbeda-beda ada yang ikut prihatin, ada yang tertawa seperti mencemooh dan ada juga yang ikut bergolak di dalamnya kemudian ikut-ikutan emosi dan memaki sehingga menambah kesusahan di dalam dirinya sendiri.

Saya masih terdiam dan mengamati demo tersebut dari warung yang kebetulan hanya berseberangan sedikit dengan kumpulan para pendemo tersebut, dalam hati saya merenung ini terjadi disalah satu tempat yang kecil tak jauh dari tempat saya tinggal, entah ada berapa ribu kelompok pendemo lagi yang bertebaran diseluruh Indonesia Raya ini, menyuarakan kekesalan mereka dengan penuh emosi dan provokasi tentu sedikit banyaknya akan mempengaruhi pikiran siapapun yang meyaksikannya sehingga melahirkan sikap.

Mereka tidak bersalah, mereka hanyalah anak muda yang peduli pada bangsanya. Pemerintah juga tidak semuanya salah kita harus maklum mereka memimpin negara sebesar ini bukanlah pekerjaan mudah, menerapkan aturan dan etika bernegara secara disiplin terus-menerus pastilah mustahil, seperti juga saya yang sering membuat aturan untuk diri saya sendiri kemudian saya sendirilah yang melanggarnya apalagi negara ini tentunya.

Butuh solusi memang, agar negara ini tidak terus-terusan gonjang-ganjing, para investor itu sungguh gak main-main, kalau Indonesia terus-terusan bergolak mereka pasti cabut ! karena gak aman peraturan daerah yang menyusahkan tuntutan yang tak berkesudahan dan mungkin masih banyak lagi hal lain yang pastinya tidak terlalu saya mengerti, pemerintah tidak akan pernah mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi seluruh rakyat Indonesia, swasta bisa diandal sebagai mitra pemerintah guna memenuhi kewajibannya kepada rakyatnya dan merekalah investor itu.

Kesimpulan saya berkaitan dengan topik di atas adalah saya ingin agar kegiatan-kegiatan seperti menyuarakan pendapat tersebut tetap diatur agar tidak brutal, arti kata kebebasan meyuarakan pendapat seperti yang terdapat pada undang-undang dasar negara kita menurut saya (sekali lagi ini pribadi ya…) adalah “boleh” artinya kita boleh berpendapat, tapi kita tidak boleh sembarangan menggunakan sikap pada saat menyuarakan pendapat kita itu, seperti mengeluarkan makian, hasutan yang akhirnya bisa berdampak lebih buruk misalnya dapat terjadi kerusuhan dan penjarahan yang ujung-ujungnya menimbulkan keresahan dan rasa tidak aman, akhirnya ekonomi kita terpuruk lagi kenaikan harga barang dan jasa tidak tertahan lama-lama penghasilan 500 juta perbulan pun tidak akan cukup buat biaya kita hidup di Indonesia tercinta ini hehehe.

Mungkin inilah juga yang diinginkan oleh kedua bapak kita di atas pada masanya, negara dan pemerintah tetap harus dijaga wibawanya, sikap yang diambil adalah yang paling berdekatan dengan kepentingan rakyat banyak. Terakhir sebagai pesan dan harapan saya kepada para pemimpin Indonesia saat ini bahwa menggunakan cara-cara lama untuk menekan suara protes tidak akan berguna tapi membiarkannya menjadi tidak terkendali adalah lebih tidak berguna lagi, saran saya tampunglah sebisa mungkin aspirasi mereka pada waktu dan tempat yang lebih terhormat sehingga mereka tidak perlu turun memenuhi jalan-jalan dan gang yang tentu saja mereka kehabisan banyak suara dan serak sementara Anda tidak mendengar apa-apa yang menjadi tuntunan mereka.

Sekali lagi saya mengajak kita semua merenungi bersama-sama apa yang dikatakan Bpk. Mahatir ketika ditanya kenapa beliau sedikit menekan kegiatan demonstrasi atau kebebasan mengeluarkan pendapat dimasa pemerintahannya ? jawabnya kalau negara terus bergolak sepanjang masa yang susah siapa ?.. ya begitu singkat sebuah pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaaan pula dan kitalah yang bisa menjawabnya.

Palembang, 12 Mei 2008 – 23:43 by deef

note :

Teman-teman yang saya hormati, tulisan di dalam opini bebas saya ini sungguh hanya sekedar pandangan pribadi saya, tidak ada latar belakang disiplin ilmu apapun yang mendasari pandangan saya ini kecuali rasa peduli dan unek-unek yang harus saya sampaikan mana tahu ada yang sependapat atau mungkin dapat meluruskan jalan pikiran saya ke jalur yang sebenarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun