Mohon tunggu...
Deedee Caniago
Deedee Caniago Mohon Tunggu... Sr. Corporate Communications -

PR, MC, trip-organizer, flashpacker, travel-writer, talkative, books, music, movies, blog, lots of laugh, tank-top, short pants, ARMY look, rendang, itiak-mudo-lado-ijo, mixmax, teh botol, nyalon, jalan2, makan2, photo2, exotic beach and island, ocean, snorkeling, CAN YOU HANDLE ME ??? :-))

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ujung Kulon Day 3-4 : Tanjung Layar,Cidaon,Handeluem, Sumur

8 September 2011   01:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:09 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ujung Kulon Day-3, 7 August 2010 Di hari ketiga, jam 6 pagi saya sudah bangun dan terpesona, ternyata pemandangan di pagi hari lebih mendingan daripada di sore hari. Hawasegar, bau tanah/rerumputan di pagi hari membuat saya kembali bersemangat. Saya membangunkan semua peserta dan kami semua bergotong royong untuk melipat dan merapikan tenda, kemudian yang mau ke belakang langsung pada ngacir cari spot masing2, secara di Cibom nggak ada toilet aja gitu deh. Dulu katanya ada toilet darurat yang terbuka dan dalam kondisi rusak, tapi pada saat kami kesana pada bulan Agustus 2010, toilet tersebut sudah tidak bisa dipakai sama sekali, sehingga kami harus menggunakan sungai untuk melakukan aktifitas dipagi hari. Sekedar bocoran, di Cibom memang ada ada sebuah sungai kecil di bawah tempat kita melaksanakan hajat, tapi harus ada temen yang jaga, secara tempatnya sangat terbuka. So yang kami laukan pada saat itu adalah gantian saling jaga apabila ada yang mau melakukan “morning ritual number 1”. Selesai beres2 tenda dan cuci muka (sengaja nggak mandi karena mau berenang dan snorkeling), kami sarapan pagi. Sarapan pagi ini sudah kami pesan sebelumnya dengan Pak Komar, dan ibu nya yang ikut di kapal kami itu pinter masak karena semua masakan beliau enak. Pagi ini kami sarapan dengan nasi goreng dan telor dadar saja. Selesai makan dan photo2 sejenak di lokasi wajib photo, yaitu didepan papan kondang yang ada tulisan nya “Taman Nasional Ujung Kulon”, maka kami pun melanjutkan aktifitas hari ini dengan melakukan trekking menuju Light House Tanjung Layar yang konon jaraknya sekitar 1 jam perjalanan. Setelah mengoleskan kulit dengan lotion atau spray anti nyamuk, kami menelusuri hutan rindang (yang banyak nyamuknya), dan tiba di TKP dalam waktu hanya 30 menit saja. eyaoloooo, ternyata deket banget aja loh tempatnya! Langsung saja saya dan teman2 yang sudah duluan tiba menanjak keatas bukit untuk melihat light house tersebut, tapi saya kecewa dengan pemandangan yang saya temui. Ternyata light house yang saya lihat tidak sebagus yang saya kira. Padahal saya mengira light house nya akan terlihat bagus dan megah sekaligus indah seperti light house yang saya kunjungi di Belitung atau di Pulau Edam, ternyata cuman bangunan sejenis menara BST doang. Disekitar light house terdapat benteng2 runtuh bekas peninggalan jaman belanda, so tidak menarik sama sekali. Untungnya, pemandangan dari atas bukit amat sangat menawan. Dari atas kita bisa melihat pantai Ujung Kulon yang indah, lengkap dengan percikan2 ombak di tebing2 tinggi dan padang rumput yang hijau segar. Setelah puas photo2 landscape dari atas, kami turun dan bermain2 juga photo2 sepuas2nya dengan berbagai gaya di padang rumput tersebut dan meluangkan waktu untuk bersantai2 sejenak disini sampai akhirnya kami kembali ke Cibom untuk siap2 meningalkan TKP. Seperti kemarin, waktu lagi2 terbuang sekian jam dengan percuma untuk mengangkat penumpang dan barang yang sejumlah hampir 40 orang (termasuk crew) ini. Sambil menunggu, beberapa peserta akhirnya memutuskan untuk berenang2 sambil bermain loncat2an dari atas perahu dengan berbagai gaya, yang lainnya memutuskan untuk ngobrol2 atau tidur karena emang nggak ada yang kami bisa lakukan lagi, pilihan nya cuma berenang di sekitar, ngobrol, baca novel, tidur, atau bengong sampai bosan dan mati gaya! ugh ! Di tempat dan jam ini pula terjadi “camera incident” yang memilukan. Beberapa tas kamera yang diangkut dari Cibom ke kapal yang menggunakan kano kayu ini terendam air laut, dan ternyata kamera2 tersebut hanya dilindungi oleh plastik kresek doang! Alhasil 4 kamera yang harganya mahal2 yang berada di dalam tersebut (ada yg 60 juta aja loh harganya!) basah kuyup yang menyebabkan semua pemiliknya stress dan depressi berat. Sangat disayangkan, padahal semua peserta sudah berkali2 di ingatkan untuk membawa barang2 yang diperlukan, tapi yang paling penting tentu saja untuk membawa dry bag alias tas kedap air untuk melindungi barang2 berharga kita, tapi yah,, ada aja yg nggak terlalu perhatiin hal2 seperti ini. Lesson learnt : - Apabila kita memutuskan untuk membawa kamera atau barang2 elektronik di setiap perjalanan yang sudah pasti ada pantai dan laut, pastikan bahwa kamu membawa dan menggunakan “dry bag” atau “tas kedap air”, sehingga barang2 elektronik maupun barang2 berharga lainnya bisa diletakkan didalam dry bag tersebut untuk melindungi dari bahaya basah kena air. - Jaga & perhatikan barang2 tersebut karena hanya diri kita sendiri yang tau betapa berharga nya barang2 tersebut. Kami memerlukan waktu yang sangat lama untuk menghibur teman2 yang kamera nya pada basah tersebut, akan tetapi untungnya mereka cukup sabar & tabah untuk menunggu sampai perjalanan selesai, dan karena untuk segera balik ke Jakarta memperbaiki kamera yang rusak itu tidak memungkinkan, tidak ada boat yang bisa dipakai kembali ke Jakarta pada saat itu juga. Kemudian, kami segera melanjutkan perjalanan ke lokasi kunjungan berikutnya, Cidaon. Cidaon Pulau Cidaon yang lebih dikenal dengan nama Padang Penggembalaan terletak sekitar 15 menit dari Pulau Peucang. Pantai Cidaon sendiri rata dan surut sampai ke tengah laut. Disana ada muara sungai kecil yang penuh dengan batu2 kecil disepanjang muara. Di Pulau Cidaon kami menjumpai padang rumput yang sangat luas, dimana disana terdapat burung2 merak warna warni, juga banteng2 dan sapi yang lagi duduk2. Kami mendekat ke kawanan tersebut untuk melihat binatang2 tersebut lebih dekat. Senang rasanya menyaksikan bintang2 tersebut sedang memakan rumput. Hidup mereka begitu tenang dan damai. Tapi saya nggak bisa membayangkan apabila suatu hari nanti saya harus tinggal ditempat sunyi ini, hhiiiiiii, mati kesepian kali ya, gue ??? Yang lebih gila lagi, salah satu temen bule saya, Joerg membuka baju merahnya dan menggoyang2kan bajunya seperti adegan kayak di film2 matador, biarpun udah dikasih tau bahwa banteng itu kalo liat yang warna merah bawaan nya napsu! Tapi dasar bule, dia punya berbagai jawaban yang akhirnya kita menyerah ngasih tau dia. Sumpah deh kalo ngadepin peserta yang kayak gini, agak2 sport jantung. I mean, buat dia sih lucu yah bo, main2 sama banteng dengan cara yang sedikit ekstrim, tapi kalo bantengnya beneran ngejar dia, trus apa yang akan terjadi nantinya ? secara kalo mau lari tempat berlindung cuma satu doang, menara mercusuar kecil yang harus didaki, sementara jarak dari dia gangguin banteng ke mercusuar lumayan jauh, kan berabe kalo misalnya nanti dia di seruduk banteng beneran ??? Tapi teman2 saya yang melihat kejadian itu sempet membahas dengan seru, mereka berpendapat, seru juga kali ya kalo bantengnya beneran napsu ngejar si mas bule, paling enggak dia akan kapok untuk becandaan yang bikin jantungan gini. Sayangnya banteng2 nya pada cuek aja, mereka malah ngeliat nih bule males2an, so akhirnya mas bule capek juga menarik perhatian banteng dan balik badan jalan kearah pulang. Saya sempet mikir, mas bule itu kenapa yah, lebih memilih godain banteng daripada godain kita2 para wanita yang masih pada single ini ? *men, never try to understand them, huh deh!* Disana juga terdapat banyak kerbau juga yang lagi makan rumput disana dan sebagai orang Padang, saya gemas sekali melihat kerbau yang sehat2 itu, rasanya pengen banget menangkap kerbau2 tersebut untuk dibuat di bikin rendang segar. Yummy ! Basicly, tempat ini sangat luas space nya untuk kemping, akan tetapi, mengingat banyak binatang yang akan membahayakan jiwa, kita tidak diperbolehkan untuk menginap dan berkemah disini. Kalau saya sendiri, biarpun dikasih ijin, males banget yah nginep disini, secara dimana2 banyak terdapat (maaf) tai kambing, rusa, banteng dan kebo, dari yang basah sampe yang kering. Eeeuuwwww ! Selesai motret2in binatang2 yang mangkal di Padang penggembalaan ini, kami pun makan siang di Pulau Cidaon, duduk lesehan di rumput secara emang nggak ada tempat sama sekali untuk makan. Jadilah kami semua duduk di rumput makan pake mie ayam dan ayam bumbu yang lezat, dan selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau pecuang. Peucang Pulau Peucang merupakan pulau administratif di kepulauan Ujung Kulon ini, dimana disini semua tamu yang datang ke wilayah Taman Nasional Ujung Kulon wajib lapor, menyerahkan data2 diri sekalius membayar izin masuk ke semua pulau nya. Bayarnya Rp 2,500 per orang. Pulau nya tidak begitu besar, tapi pasirnya putih dan haluuuuss sekali. Airnya juga biru bening banget. Penginapan di Peucang Okay, sekedar laporan pandangan mata, ada beberapa jenis penginapan di Peucang. Mulai yang harganya Rp 150,000, Rp 250,000 hingga Rp 800,000 per malam. 1. Kamar jenis Barak, 150.000 per malam /kamar, kapasitas max 6 orang / no bed/ no window/ non AC/ no toilet, cuma tersedia ada 2 barak karena yang 2 nya rusak 2. Kamar jenis Fauna, Rp 250,000/per malam/kamar, kapasitas 2 orang, extra bed Rp 100,000 , ada bed, non AC, no toilet. Tersedia 5 kamar jenis Fauna 3. Kamar jenis Flora, Rp600,000 - Rp 750,000/ per malam/kamar 2 orang (cuma beda di besar kamarnya aja), AC, kamar mandi dalam, extra bed 100,000/malam. Tersedia 15 kamar jenis flora Yang biasanya diambil orang untuk menginap di Peucang adalah kamar yang harganya Rp 150,000 yang non AC, tidak pakai kamar mandi di dalam, bisa muat sekitar 5 orang, tapi kamarnya berupa kamar kosong yang tanpa jendela, tanpa tempat tidur, jadi harus membawa dan mamakai sleeping bag sendiri untuk tidur disini. Hawa ruangan nya juga panas dikarenakan tidak ada udara masuk. Kemarin saya lihat bule2nya aja tidur dengan pintu dibuka dan mereka tidur diatas sleeping bag yang dikasih kelambu untuk menghindari serangan nyamuk malaria. Seperti percakapan saya dengan mas Igi, contact person untuk penginapan di Pulau Peucang sebelumnya, apabila kita ingin menginap disana, dia menyarankan agar booking 1 bulan sebelumnya, dan apabila bookingan kita sudah confirmed, kita bisa langsung transfer ke rekening BCA Cab Labuan dengan no rekening 493 0083564 atas nama Julianto. Untuk informasi lebih detail, bisa langsung contact Mas Igi. Tapi ada juga teman yang sharing pengalaman, hati2 kalo memesan kamar disini, tanya dulu apakah kamr atau penginapan nya akan dipakai untuk acara tertentu atau tidak ketika kita berada disana, karena konon kabarnya, mereka tidak akan segan untuk mengembalikan uang bookingan kita dan memakai tempatnya untuk acara mereka sendiri, biarpun kita telah booking dan bayar jauh2 hari sebelumnya. Jadi untuk lebih amannya, bawa tenda sendiri aja kali yah ? :-) Di Peucang juga banyak terdapat rusa dan biawak, malah waktu saya disana ada beberapa babi yang gedeeeee banget. Para pecinta babi pasti napsu liatnya, apalagi buat para pelanggan babi panggang nya Ibu Oka di Bali… Snorkeling Spot snorkeling di Pulau peucang tidak banyak. Selain terumbu karang dan ikan2nya tidak banyak, pemandangan dibawah lautnya juga biasa2 aja, so nggak terlalu di rekomendasikan untuk snorkeling disini. Atau mungki karena kami nggak ketengah lautnya kali yah ? Entahlah. Kami pun bermain air hingga 1 jam, dan dikarenakan sudah pukul 3 sore, maka kami harus segera melanjutkan perjalanan yang memakan waktu sekitar 3 jam menuju ke Pulau Handeleum. Sebelum naik ke kapal, saya menyelesaikan administrasi dan melapor kembali, sekalian berkeliling melihat penginapan2 yang tersedia di Peucang. Pulau Handeleum Selesai keliling di Peucang, saya dan teman2 panitia inti memanggil semua peserta yang masih bermain2 di pantai untuk segera berkemas. Sebelum berangkat, saya sempat bertemu dengan Mas Ridwan Cibom, (salah satu trip organizer Ujung Kulon yang saya rekomendasikan karena service nya bagus plus beliau bisa masak enak), ngobrol2 sebentar sebelum akhirnya kami semua naek boat untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari pulau Peucang menuju ke Pulau Handeluem berkisar sekitar 3 jam. Setibanya di pulau Handeleum, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 18.00 sore, magrib menjelang malam. Kami segera menurunkan barang2 kami dan lapor kepada penjaga pulau setempat, Bapak Hartoyo. To my surprise, ternyata kami tidak diperkenankan untuk mendirikan tenda sebelum bayar biaya ijin pasang tenda, yaitu Rp 100,000 per tenda. Kami sangat terkejut. I mean, sebelumnya kami sudah menanyakan kepada Pak Komar, apakah kami bisa mendirikan tenda di Handeleum, beliau bilang bisa. Dan sewaktu kami tanyakan apakah kami perlu membayar tenda untuk ijin tinggal, beliau bilang tidak perlu. Kemudian beliau tambahkan lagi, kalaupun kami harus membayar, kami cukup membayar retribusi ala kadarnya saja. Ternyata saudara2, itu adalah info yang menyesatkan ! Kami terpaksa bernegosisasi dengan Bapak Hartoyo dan sepakat untuk membayar “hanya” Rp 25,000 per tenda agar kami bisa bermalam di pulau yang sebenarnya hanya diperuntukkan untuk para pelancong yang menginap di villa2 yang disewakan disana. Akhirnya kamimembayar Rp 250,000 untuk 10 tenda yang kami dirikan, tapi kami informasikan kepada para peserta bahwa ada biaya tambahan yang tak terduga dari biaya patungan yang sudah mereka setorkan kepada panitia sebelumnya. The cano Incident Ok, urusan tenda selesai, akan tetapi ada sebuah hal yang sangat mengecewakan. Salah satu alasan saya dan teman2 berkunjung ke Ujung Kulon adalah untuk menyusur sungai dengan menggunakan kano di sungai Cigenter yang kondang itu. Akan tetapi, betapa sangat kecewa nya kami saat itu, ketika kami mengkonfirmasikan penyewaan kano, nama peserta rombongan kami, 33 orang yang sudah memesan kano lewat Pak Komar tersebut - tak satupun nama kami tertera di jadwal tour kano pak Hartoyo, yang nota bene nya, pak komar sama sekali tidak mendaftarkan nama kami semua disana, sehingga semua kano untuk tour susur sungai untuk ke esokkan hari nya sama sekali tidak tersedia karena sudah di booking oleh group lain. Sedih, marah, kecewa dan berbagai ekspersi kami tuangkan, tak terhitung berapa kali saya bersumpah serapah, karena saya dan beberapa teman memang ingin sekali berkano mengelilingi sungai yang indah, dimana photo2 sungai Cigenter sudah sempat kami lihat melalui internet dari perjalanan teman2 lain sebelumnya. Tapi sekali lagi, apabila ada hal2 seperti ini terjadi disaat trip, seperti boss saya dulu pernah bilang “so you screwed up, what the hell, just enjoy every second of it’, jadi dengan sekuat tenaga saya berusaha merubah mood saya dan teman2 untuk mengalihkan rasa kecewa dengan berpikir dan melakukan hal2 positif. Dan untungnya, rasa kecewa itu terobati dengan banyaknya rusa2 cantik yang jinak yang berkeliaran di Handeleum ini. Kami bisa memberi makan rusa, memegang bahkan membelai nya dengan sayang, sehingga pada saat itu juga saya langsung bercita2 untuk pelihara rusa di Jakarta! Malam harinya, setelah makan malam enak dengan sup hangat, kami berkumpul untuk bermain games. Setengah dari peserta yang ikut melepaskan kegembiraan nya dengan memainkan games andalan yang bisa kami mainkan di setiap trip : - cap cap guricap - bandegi - the sign games - dan masih banyak lagi permainan2 menarik yang menyenangkan semua peserta tampak sangat menikmati permainan yang sama sekali baru buat mereka, dimana mereka bisa melepaskan semua ketegangan dan kekakuan hingga akhirnya malam itu berakhir dengan gelak tawa dan rasa suka cita riang gembira. Ingin tau bagaimana caranya bermain games yang seru, lucu dan penuh canda tawa tersebut ? ayo kita lihat cuplikan video nya yang saya upload di website saya : http://deecaniago.multiply.com/video coba dan buktikan sendiri, dijamin diantara sesame peserta akan terjalin keakbraban setelah itu! Lesson learnt : - make sure untuk check dlangsung engan pak Hartoyo langsung apakah bisa mendirikan tenda di Handeleum, kalaupun bisa, tanyakan biaya ijin nya, jadi biaya bisa dibebankan kepada peserta sebelum membuat kalkulasi budget. - Untuk trip susur sungai dengan kano, hubungi pak Hartoyo untuk pemesanan langsung, untuk menghindari kejadian seperti yang kami alami - Cross check info2 atau berita2 terkini dari contact person kita dengan teman2 yang sudah pernah berkunjung ke Ujung Kulon sebelumnya agar bisa lebih antisipasi kendala2 yang mungkin akan muncul di TKP Sekitar pukul 12.00 malam, setelah lelah bermain games dan berbincang2, kami semua beristirahat dan segera ketika kami sudah masuk ke dalam tenda masing2, mendadak suasana menjadi gelap gulita, ternyata listrik yang menyala dari tadi dimatikan untuk menghemat energi. Saya masuk ke tenda saya yang nyaman, dan setelah minum herbal andalan, jamu tolak angin, saya merebahkan diri untuk beristirahat. Ujung Kulon Day-4, 8 ugust 2010, hari terakhir di Ujung Kulon ! Saya tidur dengan lelapnya ketika pagi2 sekitar pukul 07.00 pagi mendadak saya merasakan hawa yang dingin dan basah mengenai kulit saya, dan room mate satu tenda saya, Ninta sibuk melarikan barang2nya ke rumah pos penjaga Pulau Handeulem, Pak Hartoyo. Ternyata hujaaaannn ! setengah terjaga saya langsung bangun dan berteriak sekaligus membangunkan peserta di tenda2 lain agar mengamankan barang2 nya yang akan kemungkinan basah kena air untuk dipindahkan kedalam pos penjaga. Alhamdulilah bapak Hartoyo memperbolehkan kami untuk menggunakan sebagian rumah beliau untuk kami isi dengan barang2 kami. Sambil kedinginan, kami menghirup bergelas2 kopi dan teh yang sudah disediakan, lalu makan nasi uduk hangat2, lalu setelah hujan reda tak lama kemudian, kami semua mengemasi tenda2 kami sambil membersihkan arena dan membuang sampah yang telah dikumpulkan. Setelah semua nya selesai, kami semua pamit kepada bapak Hartoyo dan menaikkan barang2 kami kembali ke kapal sewaan dan berlayar menuju ke Sumur, pemberhentian terakhir kami. Tapi sebelum kami tiba di Sumur, kami mampir dulu dong ke Pulau Badul. Pulau Badul Pulau badul merupakan gundukan pasir putih yang berada diantara Pulau Handeleum dan Sumur. Tampilannya seperti Pulau Semut yang ada di sekitar kepulauan Seribu. Ketika air laut sedang surut, tampaklah gundukkan pasir yang putih bersih dan lembut yang memanggil2 kami untuk segera kami nikmati. So sebagian dari kami berenang menuju kearah Pulau badul untuk sekedar berenang, snorkeling dan photo2 sepanjang pantai. Kami menghabiskan sekitar 1 jam di Pulau Badul sebelum air kembali pasang dan ombak semakin tinggi dan liar sehingga kami memerlukan bantuan tali yang dibentangkan dari kapal dan ditancapkan ke pantai untuk menaiki kapal. Dengan susah payah semua peserta yang bergembira ria bermain di pulau badul kembali ke kapal. Bagi kalian yang belom pernah menelan air laut banyak2 sebelumnya, pulau Badul merupakan tempat yang tepat untuk latihan, secara ketika berenang balik mencapai kapal, banyak dari kami yang sempat menelan air laut yang super asin itu saking deras dan tingginya ombak! Kenapa balik ke Jakarta lewat Sumur, bukan lewat Taman Jaya seperti kedatangan sebelumnya ? Yeah, kami memang mengubah rencana kami kembali ke Jakarta karena selain jaraknya lebih dekat, keadaan jalan di daerah Sumur jauh lebih bagus daripada di Taman Jaya. Supir2 yang membawa kami ke Taman Jaya sebelumnya ternyata tidak mau kembali kesana, sehingga pak Seno contact person kami untuk transportasi menyediakan bus kecil plus 1 buah mobil kijang untuk membawa kami kembali ke Jakarta. Kalo kalian mau denger cerita supir2 yang curhat dan ngambeg karena jalan yang jelek, tanya deh sama temen saya si Japra bin Toyib, haha! Perjalanan kembali ke Jakarta lebih menyenangkan daripada perjalanan ke Taman Jaya. Selain semua peserta (kecuali panitia yang di mobil kijang) bisa duduk satu mobil, bus ini jauh lebih lega daripada elf, dan tentu nya AC nya lebih dingin dan peserta yang sudah pada kenal bisa bercanda tawa lebih leluasa di satu tempat. Dan saat pulang, kondisi peserta sudah saling kenal, jadi bisa lebih akrab ngobrol2nya. Setibanya di Sumur, waktu menunjukkan sekitar pukul 1 siang. Dikarenakan airnya surut dan kapal kami tidak bisa berlabuh, maka kami harus menggunakan 1 kapal kecil lain untuk menepi ke pinggir pantai. Rombongan dibagi dua, dan rombongan saya merupakan rombongan pertama yang diturunkan untuk menepi. Kapal kecil ini berhenti sekitar 15m sebelum pinggir pantai, dan kami harus turun dengan keadaan air sebatas lutut untuk berjalan kaki ke darat. Sudah tentu kaki kami kotor karena pantainya kotor dan pasirnya juga bercampur dengan tanah. Tapi jangan sedih, di rumah persinggahan haji Koni di Sumur, kami bisa menumpang mandi (dengan membayar donasi Rp 100,000 buat 33 orang), tersedia 3 kamar mandi yang bisa bergantian mandi. Selain  Bapak Haji Koni, disana kami juga berkenalan dengan beberapa penduduk lokal, sehingga di kemudian harinya nanti apabila saya ingin berkunjung ke Ujung Kulon lagi, saya sudah punya beberapa pilihan lainnya. Pukul 2 siang, semua anggota sudah selesai mandi dan kami segera naik bus dan kijang untuk mencari rumah makan setempat, hingga kami menemukan rumah makan Padang dan warung tegal dimana peserta bisa makan sesuka hati dengan biaya masing2. uang Rp. 50,000 yang seharusnya kami bayarkan untuk kano kami kembalikan ke masing2 peserta untuk makan siang mereka masing2, dan kami makan siang hingga kenyang. Setelah selesai makan, kami kembali ke kendaraan masing2 untuk segera beristirahat di mobil hingga akhirnya sekitar pukul 19.00 malam kamipun tiba kembali di parkiran hotel atlet century park untuk berpisah. Setelah mengucapkan kata2 perpisahan, kami semua pualng ke rumah masing2. Semua ??? hohoho, tentu tidak, karena si tukang tenda tempat kami menyewa tenda belum datang! Terpaksa saya, Ninta dan Toton sebagai panitia inti duduk (tidak) manis menunggu si tukang tenda datang dan mengambil kembali tenda nya. Dapet salam dari nyamuk2 di parkiran hotel atlet century!. Rasanya pengen gue jitak deh nih si tukang tenda yang baru datang 1 jam kemudian, untung mood saya lagi bagus dan untung si tukang tenda yang bernama Acung itu dateng dengan nyengir2 lebar, sehingga saya yang tadinya mau marah jadi ikut2an cengar cengir liat tawa dia yang sumringah itu. Oh well, it’s the end of UK journey. Biarpun nggak jadi maen Kano untuk menyusur sungai Cigenter, tapi perjalanan kali ini menyenangkan dengan teman2 peserta UK yang ceria, dan yang paling mengegembirakan, sebagian peserta UK trip ini membuat satu group di blackberry yang kemudian lebih dikenal OKS (Orang Kaya Stress) yang artinya, Orang (SOK) Kaya yang sangat stress sehingga saking stress nya kami suka menghayal bebaaaasss. OKS ini juga grup yang suka menjodoh2kan orang, tapi gagal terusss, haha. Inilah yang saya suka dari sebuah perjalanan dengan orang baru, bisa tambah teman, ambah teman dekat (sukur2 dapet pacar). Maka, bagi kalian yang suka berteman, jangan sungkan2 untuk buat trip sendiri atau ikut trip yang campur dengan orang lain, niscaya kalian akan mendapatkan kegembiraan tiada tara, hehe. Contact UK - Sewa mobil elf AC (recommended) o Pak Seno : 0817-715 347, 021-7065-4485 - Sewa kapal boat /pesan makanan/minuman/contact person di UK : o Bapak Haji Koni :0818-0629 6363 o Bapak Matang di 0253-803780 - Penginapan di Peucang o Mas Igi 0253-801731, 0817-0712004 o Pak Iwan : 0817 665 3912 - Penginapan di Cibom (tenda): o Saung Goa (Acung) : 021-92646098 - Penginapan di Handeleum / Kano o Bapak Hartoyo : 0817-661 8255 Satu yang saya janji kepada diri saya sendiri, saya harus kembali lagi ke Ujung Kulon karena masih utang belom sempet naik kano menyusuri danau cigenter, blom afdol rasanya. Tapi rasanya, apabila saya lain kali ke Ujung Kulon, mungkin saya akan pake trip organizer aja kali ya, biar tinggal tau beres dan leyeh2 aja, hehehe Hayoooo, siapa yang hendak turut serta ikut ke Ujung Kulon lagi dengan saya ??? THE END PHOTO2 UJUNG KULON DAY 3-4 BISA DILIHAT DI : http://deedeecaniago.multiply.com/photos/album/372/Ujung_Kulon_Day-3-Part_1_CibomTanjung_Layar_Camera_Incident http://deedeecaniago.multiply.com/photos/album/374/Ujung_Kulon_Day-3-Part_2_Padang_Penggembalaan_Cidaon_Peucang_Handeleum http://deedeecaniago.multiply.com/photos/album/375/Ujung_Kulon_Day-4_Pulau_Handeleum_Pulau_Badul_Underwater_Snorkeling salam, Deedee Caniago *they don't care how much you know until they know how much you care*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun