Mohon tunggu...
Deedee Caniago
Deedee Caniago Mohon Tunggu... Sr. Corporate Communications -

PR, MC, trip-organizer, flashpacker, travel-writer, talkative, books, music, movies, blog, lots of laugh, tank-top, short pants, ARMY look, rendang, itiak-mudo-lado-ijo, mixmax, teh botol, nyalon, jalan2, makan2, photo2, exotic beach and island, ocean, snorkeling, CAN YOU HANDLE ME ??? :-))

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Panjat Tebing Via Ferrata Part-2: The Preparation

3 April 2017   19:55 Diperbarui: 4 April 2017   15:33 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa dari kami segera berganti baju dengan baju yang akan dipakai untuk manjat, yang lainnya shalat dzuhur dulu, selebihnya langsung pada makan siang. Kami makan siang dengan nasi hangat, ikan teri, tahu tempe dan sayur singkong rebus dan lalapan. Sambelnya juara, enak banget! Makan siangnya sederhana, tapi karena cuaca nya mendukung, angin semilir sejuk, saya yang tadinya males makan karena sebelumnya udah kenyang makan nasi goreng akhirnya makan lagi dengan lahap, hahaha.

Setelah selesai makan dan semua peserta udah ke toilet, udah pada pake sun block untuk melindungi kulit dari sengatan matahari, maka kamipun bersiap2 untuk memulai kegiatan.

Hujan tadi pagi sudah selesai, matahari bersinar dengan cerahnya. Beberapa peserta (termasuk saya) berphoto2 di starting point alias di base camp dengan latar belakang gunung Parang, Gunung yang akan kami naiki. Oh ya, di rombongan kami yang 15 orang ini, ada 1 anak yang berusia 8 tahun bernama Sava, anaknya Anggi yang rupanya sudah sering di ajak oleh ayah bunda nya melakukan kegiatan di alam bebas. Tapi saya baru tau bahwa ternyata kegiatan Via Ferrata ini bisa dan boleh dilakukan oleh anak dari usia 5 tahun hingga 70 tahun, dengan catatan kondisi kesehatan dalam keadaan prima. Hebat ini Sava, saya bangga dan terharu liat dia excited untuk ikut kegiatan ini, sampe saya minta photo bareng dia! Haha

Peralatan Via Ferrata.

Selesai photo2, kami semua diminta untuk menggunakan peralatan manjat yang terdiri dari helm dan harness. Helm nya helm keras standard via ferrata yang tahan banting, sementara harness nya berupa tali dengan lanyard satu paket dengan dua carabiner. Carabiner adalah salah satu alat yang berfungsi untuk mengaitkan tali ke hanger, tali ke tali, tali ke harnes dan sebagainya. Dalam dunia panjat, fungsi utama dari carabiner adalah sebagai alat untuk menjaga keamanan si pemanjat, dapat juga di fungsikan untuk mempermudah pekerjaan yang berhubungan dengan kait mengait. Harness dengan lanyard dan carabiner ini dikenakan ke badan, di dikencangkan erat2 supaya ketat dibadan, sehingga tingkat keamanan nya terjaga. Kami semua mulai dipasangkan harness dan memakai helm untuk manjat.

Ketatnya sih nyaman ya, dipakenya di badan, tapi lemak di badannya itu looohhh, karena harness nya bikin baju jadi ketat, mendadak lemak dan perut buncit muncul dimana2, tak sedap di pandang mata. Saya, Ela dan Vita langsung dooong, saling mengingatkan - bahwa nanti kalau di photo di atas, untuk tidak lupa menahan napas atau tahan perut biar perut keliatan rata, hahaha. Sepatu sport atau sneaker atau sandal gunung sudah pada dikenakan. Baju udah matching warnanya sama sepatu sportnya. Alis dan lip gloss pink dove juga udah di pake. Apaaaaaa? Pake alis dan lip gloss? yess, biarpun pun panjat tebing, tapi sini kan flashpacker ya, traveler with style. Anaknya juga kebanyakan gaya, jadi biarpun kegiatan nya out door, boleh dooonng, tetep keliatan cantik di photo.

The briefing

Anyway, setelah photo keluarga, semua peserta berbaris berjalan melalui sawah kayak anak bebek yang digiring ke kandang. Sepanjang jalan pemandangan nya menawan, pemandangan sawah yang hampir di panen ini menyegarkan mata yang sehari2 biasa melihat gedung2 tinggi dan traffic yang macet dimana2. Saya suka sekali sama rumput di tanah yang habis disiram hujan, seger. Biarpun tanah nya sedikit becek habis hujan, tapi untungnya jalan tanah yang dulu licin, sekarang sudah ada undakan tangga nya, sehingga tidak terlalu licin ketika hujan/habis hujan. Kami melewati hutan bambu yang jalan nya menanjak, sehinga sedikit ter engah2 naiknya. Dua atlet lari Ela dan Vita aja sampe ngos2an trekkingnya, apalagi saya, manusia pemalas yang tidak hobby olah raga. Sekitar 10meter kemudian, kamipun tiba di bawah kaki gunung Parang.

Saya iseng nengok ke atas, eyaolooooooo…. Kalau yang biasa panjat tebing mah, mungkin ini macam tebing maenan doang, karena tingginya cuma 150 meter ajah. Tapi bagi saya yang enggak pernah panjat tebing beneran, e buset dot com, tinggi ajaaahhh…!

Disana kami berkenalan dengan instruktur dan pemandu kami, namanya Ajo dan Bondan. Mereka memberikan briefing dan teory bagaimana caranya memanjat dengan menggunakan harness ini yang baik dan benar. Saya sedikit engak konsen dengerin briefingnya. Nyamuknya itu looohhh, banyak dan gede2 bangeeeetttt. Ganassssss ! Semuanya menyerang kami sampai akhirnya salah satu peserta yang bernama Yeni dengan baik hatinya memberikan kami lotion anti nyamuk yang kami oleskan ke seluruh badan. Akhirnya saya mengerti kenapa lotion nyamuk ini masuk dalam list barang2 yang harus dibawa, rupanya karena mosquito attack di lokasi ini.

Dari briefing yang diberikan, saya bisa simpulkan dua cara memanjatnya sebagai berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun