Bila anda perhatikan lagi gambar pemetaan gempa di atas, di dekat titik merah, anda akan melihat gambar dari Danau Toba. Bagi yang belum pernah atau tidak mengerti Sumatera Utara, tentulah merasa bingung bagaimana gempa di satu titik bisa terasa begitu jauh. Tapi orang Medan atau orang Sumatera tentu mengerti, bahwa jalur di sekitar Danau Toba menghubungkan Tapanuli, Medan dan Brastagi.
Ya, beberapa orang melaporkan bahwa Brastagi pun mengalami efek guncangan yang cukup kuat. Mengingat keterangan di atas, tentu hal ini bukan sesuatu yang aneh. Sebab, secara tidak langsung Aceh Singkil berbatasan dengan tepian daerah Tanah Karo, Brastagi.
Lalu, bagaimana bisa Medan, bahkan Kabupaten Langkat yang berada jauh dari Brastagi maupun Danau Toba, merasakan guncangan dengan kekuatan yang tidak jauh beda? Hal ini dikarenakan letak dari Kabupaten Aceh Singkil itu sendiri, yang sebagiannya termasuk di kawasan Taman Nasional Hutan Leuser. Di mana sebagian lagi wilayah Taman Nasional tersebut berada di Kabupaten Langkat. Maka adalah sangat wajar ketika gempa yang terasa di kota Medan bisa merobohkan berpuluh-puluh tiang listrik, dan menyebabkan padamnya listrik kurang lebih 45 menit lamanya.
Begitulah sekilas reportase dan penjelasan saya mengenai gempa di Aceh Singkil, yang juga saya rasakan di Stabat, Langkat. Apabila ada kesalahan dalam data yang saya tuliskan, mohon dibenarkan. Bagaimana pun, kemajuan tekhnologi, seharusnya diikuti tanggung jawab agar lebih pintar mengolah dan menyaring informasi sebelum disebarluaskan.
Hingga saya menulis reportase ini, saya mendapat kabar bahwa masyarakat di Aceh Singkil sudah lebih tenang dan perlahan telah masuk kembali ke dalam rumahnya. Belum ada laporan maupun informasi tentang kerusakan parah maupun korban jiwa yang saya ketahui, dan semoga tetap begitu adanya.
Amin.
***
Stabat, 6 September 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H