Kau peluk aku
Sebelum membunuhku
Tersenyum melihatku
Merenung melihatmu
Kau menungguku
Menunggu ku terjatuh
Setiap langkah tertuju
Setia dalam menunggu
Aku menunggumu
Menunggumu, menunggumu
Mati di depanku
Di depanku, di depanku
Penggambaran tentang rasanya dikhianati, dengan perumpamaan ditikam dari belakang, Ariel sangat cerdas dalam mengolah kalimat-kalimat simbolis dalam lagu ini. Tak ada kata-kata picisan tentang betapa sakitnya perasaan, tak ada kalimat-kalimat murahan seperti pada lagu kebanyakan, tapi siapa pun yang mencoba mendalami, pasti bisa mengerti apa yang coba disampaikan.
Dan pada album-album selanjutnya, kekaguman saya terhadap vokalis Peterpan ini pun kian bertambah. Seiring dengan lamanya kiprah mereka di dunia musik Indonesia, terlihat kemajuan di setiap album barunya. Kematangan bermusik, penyusunan lirik, dengan sendirinya Peterpan membuktikan kualitas mereka pada semua orang, meski sempat terganjal kasus dengan dua mantan personilnya yang telah hengkang.
Pornografi
Apa pun pencitraan tentang Ariel yang sekarang beredar di masyarakat, terkait kasus heboh tentang video porno Ariel dan beberapa orang wanita, seharusnya tidak membuat kita lupa memandangnya sesuai porsi. Soal keimanan dan moral, tak seorang pun berhak menghakimi, kita sudah punya Tuhan yang pasti bisa melakukan tugas tersebut dengan baik. Bila sejak awal kita mengenal Ariel sebagai seorang penyanyi, pencipta lagu, musisi, seyogyanya penilaian kita pun tidak melebar kemana-mana.
Bagi saya pribadi, Ariel tetaplah mengagumkan. Kata-kata yang dia hasilkan dari otaknya sendiri, kreatifitas yang dia bagi kepada orang banyak melalui musik, haruslah dipandang terpisah dari segala hal buruk yang dilakukannya. Sejujurnya saya merasa cukup kehilangan ketika Ariel divonis menjalani hukuman selama 3 tahun lebih dalam penjara. Itu artinya, selama 3 tahun ke depan, telinga kita akan absen dari kata-kata cemerlang buatannya. Dan di saat industri musik Indonesia perlu diselamatkan dari kalimat-kalimat murahan lagu cinta yang seolah diproduksi massal, mencari seseorang yang terlahir dengan bakat mahir mengolah kata, tentu bukanlah hal mudah.
Jadi kapan kira-kira, kita semua bisa memandang manusia, sesuai pada porsinya?
Stabat, 1 Februari 2011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI