Horas!
Berapa dari anda yang pernah menyapa begitu bila bertemu orang Medan? Tak tanya suku apa, asal dari Medan, pemikiran utama di kepala orang kebanyakan, pastilah dia orang Batak. Padahal, menurut riwayat dan sejarahnya, penghuni asli Medan adalah Melayu Deli. Terbukti dengan satu-satunya istana yang masih kokoh berdiri di sana sejak dulu, adalah Istana Maimun milik Kesultanan Deli. Lain cerita jika kita berbicara tentang Sumatera Utara, tentulah Batak merupakan salah satu suku terbesar di dataran Sumatera Utara ini. Sepanjang Tapanuli bisa kita temukan jejak kebudayaan mereka yang masih terjaga dengan baik. Tapi saya tidak akan membahas masalah itu di sini.
Saya terlahir sebagai orang Melayu, tulen. Ayah Melayu Langkat, emak Melayu Deli, hanya beda daerah asal. Melayu Langkat berhabitat dan berkembang biak di daerah pinggiran, desa. Sementara Melayu Deli, sejak dulu tinggal di kota. Tidak berbicara kasta, saya hanya sedang menjelaskan letak geografisnya. Melayu di seluruh Sumatera Utara ada banyak macamnya, belum lagi kita bicara Melayu yang ada di sepanjang benua Asia, wah, banyak!
Biar rumah ‘nak condong, asal gulai lemak.
Pernah dengar kalimat macam ini? Ini adalah sebuah olok-olokan yang menunjukkan sifat Melayu pada umumnya. Artinya kurang lebih begini, orang Melayu paling senang makan yang enak-enak. Ibaratnya, bahkan ketika rumah hampir rubuh pun, yang penting tetap bisa makan enak dan kenyang. Haha. Perkara gulai lemak, ini pun salah satu kegemaran orang Melayu.
Gulai kepala ikan, gulai ayam, bahkan sayur labu dan daun ubi pun digulai, semua serba gulai dan berlemak. Mengapa orang Melayu seperti keranjingan santan? Hahaha… Mungkin karena pada dasarnya, Melayu adalah suku pesisir, dan kelapa dengan mudah bisa didapatkan. Pernah dengar pula tentang nasi lemak? Ya, masih sering ditemui di rumah-rumah keluarga Melayu, yang dimakan bukanlah nasi biasa, melainkan nasi lemak, beras putih yang dimasak dengan santan.
Pola makan seperti ini tentulah kurang sehat, karena santan mengandung kadar kolesterol yang cukup tinggi. Penyakit jantung, tentu menjadi momok yang cukup menakutkan. Tapi anehnya, dari orang-orang tua yang ada di keluarga besar saya, tak seorang pun mengidap penyakit ini. Kakek, nenek, dan uwak-uwak saya, semua dalam keadaan sehat dengan ingatan yang masih tajam. Bahkan hingga kakek dan nenek saya meninggal, dapat dikatakan mereka meninggal karena memang sudah terlalu uzur, tak ada penyakit serius yang didiagnosa dokter. Padahal, rata-rata anggota keluarga besar saya adalah perokok aktif hingga mereka tua, termasuk para perempuannya.
Hal ini kemudian dijawab secara medis oleh seorang dokter, yang suatu kali memeriksa emak saya. Emak mengeluh dadanya yang sesak, mungkin karena terlalu banyak merokok, pikir kami. Tapi setelah mengikuti serangkaian tes kesehatan, si dokter berkata dengan ringan bahwa tak ada masalah dengan paru-paru emak saya.
“Ini cukup hebat menurut saya, Ibu merokok selama lebih dari 20 tahun dan paru-paru ibu masih bersih,” kata dokter waktu itu.
Kemudian dokter yang sudah cukup tua itu bertanya sedikit tentang pola hidup dan pola makan emak saya. Setelahnya, barulah si dokter menjelaskan. Di dalam cabai, terdapat beberapa macam zat dan vitamin (saya lupa, saya kan bukan dokter) yang dapat menjaga kadar kolesterol dalam darah. Jadi penyakit Jantung Koroner atau Alzheimer (kehilangan fungsi otak, yang paling awam dikenal dengan penyakit pikun atau pelupa) bisa dihindari dengan mengkonsumsi cabai secara kontinyu. Lebih baik lagi, jika ditambah mengkonsumsi minuman dan makanan dengan kadar anti-oksidan yang tinggi, seperti teh dan sayur kol (dapat juga mencegah kanker), serta berkegiatan fisik secara teratur.